ilustrasi (penggusuran rumah) - merdeka.com
maaf tuan, maafkan aku bertanya
sekedar ingin tahu dan penasaran untuk bertanya
bukan karena dendam
bukan benci
bukan marah
bukan tuan
sekali lagi, bukan
maaf sebelumnya, tuan
mengapa tidak gedung-gedung itu saja
yang tinggi menjulang
menghalangi pandang dan meyilaukan mata
menghalangi pula antara aku dan tuan di sana
di megahnya istana
ya, mengapa tidak itu saja
tuan gusur, tuan runtuhkan dan tuan ratakan dengan tanah
mengapa harus rumah-rumah kami
tempat tinggal dan tempat menyambung hidup kami
yang berpuluh tahun telah kami bina
dengan jerih
mengapa, tuan?
apakah ini masih atas nama pembangunan
seperti yang sebelum-sebelumnya
selalu didengung-dengungkan penuh kebanggaan?
maaf lagi sebelumnya, tuan
apa tuan sudah lupa
tentang janji-janji yang telah tuan taburkan
yang selalu dan selalu bertajuk kesejahteraan
pemerataan bagi semua
tanpa memandang siapa, bagaimana dan dimana
apakah memang begitu, tuan?
atau mungkin sudah mulai mengabur pandangan dan ingatan
salah fokus dan gagal dalam pemahaman
sehingga terjadi salah di dalam aku menilai tuan?
sekali lagi, dengan segenap kerendahan hati
maaf tuan, maafkan aku bertanya
sekedar ingin tahu
dan penasaran untuk bertanya
Bengkulu, 6 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H