Nelayan selain terpuruk akibat regulasi juga sangat rentan dengan perubahan iklim, terbukti dengan berkurangnya periode melaut dari 180 hari menjadi 124 hari per tahun. Â Mereka membutuhkan program yang terkait langsung kebutuhannya. Misal, Pelabuhan Perikanan menyediakan coldstorage dilengkapi mesin pembekuan kapasitas besar untuk menstabilkan harga ikan disaat paceklik ikan.
Keterbatasan teknologi nelayan tradisonal memang  menjadi kendala sehingga kurang efektif menangkap ikan. Penggunaan fish finder dianggap usang bahkan sejak lama sudah ditinggalkan. Entah apa yang akan terjadi jika rumpon sebagai alat bantu menangkap ikan juga dilarang. Demikian pula peta lokasi fishing ground yang disebarluaskan KKP hanya terdistribusi di Pelabuhan Perikanan, sementara nelayan di tengah laut tidak mendapatkan informasi tersebut.
Banyak hal yang seharusnya bisa dilakukan untuk mencarikan alternatif usaha bagi nelayan. Salah satu upaya yang bisa diberikan adalah budidaya laut (marine culture) seperti rumput laut, kerapu, kakap, kekerangan, lobster atau sidat. Selain budidaya lele dan ikan air tawar lainnya atau udang, bandeng skala rumah tangga termasuk aktivitas ekowisata yang diyakini dapat memberikan solusi.