Dibandingkan pemain berkelas dunia saat ini, Ramang pada masa itu tidak di bawah mereka. Ramang adalah pemain yang luar biasa. Percaya dirinya sangat tinggi. Tembakan penalti yang dia lakukan tidak pernah gagal. Selalu masuk ke jala lawan.
Sebagai pemain yang bertipe keras, Ramang pun sepanjang karier bermain bolanya tidak pernah cedera. Piet Tio sendiri, pelipis sebelah kanan sempat sobek saat bertabrakan dengan teman sendiri ketika pertandingan untuk seleksi pemain yang akan berangkat mengikuti kejuaraan.
Seperti juga teman se-tim Ramang yang lain, rata-rata bola tendangan pojok dan tembakan salto, adalah sisi keterampilan Ramang yang mereka anggap sangat spektakuler. Dalam hal tendangan pojok, Piet Tio  menilai, apa yang dilakukan pemain Indonesia maupun dunia saat ini tidak ada apa-apanya, dibandingkan tendangan pojok yang dilepaskan Ramang.
Tendangan pisang banyak pemain dapat melakukannya, tetapi yang dilakukan Ramang selalu berbuah gol. Ironisnya, bola yang dikirim dari tendangan pojok melengkung tinggi, dan ketika mendekati pojok gawang, seolah menikung patah masuk ke jala lawan. Bola membelok tiba-tiba, dan tampak patah menjelang masuk ke gawang lawan. Pada umumnya, bola hasil tendangan pojok ini masuk menggantung di sudut atas gawang lawan paling ujung kanan atau kiri. Tergantung dari arah mana Ramang mengambil tendangan pojok. Begitu pun dengan tendangan voli, selalu menyulitkan penjaga gawang lawan. Biasanya, penjaga gawang selalu terlambat bereaksi. Si kulit bundar sudah menggetarkan jaringnya, ketika dia bereaksi. Â
''Ini sangat luar biasa. Jadi, injo arenna (itu namanya), tembakan untia tepok (pisang patah),'' bungsu dari tiga bersaudara yang termasuk warga keturunan gado-gado (tidak totok) ini mengenang.
Dalam hal tendangan salto yang juga menjadi andalan Ramang, Piet Tio  mengatakan, jika pemain sekarang melakukan tendangan seperti itu, salah satu kakinya yang berada di udara menendang bola. Ramang justru seakan 'berguling' menembak salto bola tersebut ke jala lawan dengan dua-dua kakinya (meski satu yang menendang) melayang-layang di udara. Gaya seperti inilah yang oleh banyak teman main Ramang, menilai si macan bola itu memiliki daya dorong tendangan yang sama kerasnya pada saat salto dengan tendangan normal.
Piet Tio mengisahkan, dalam waktu-waktu luang, dia kerap bertemu dengan Andi Pangerang Petta Rani (alm.) mantan Gubernur Sulawesi Selatan. Pada kesempatan seperti ini, almarhum Karaeng Rani, demikian mantan gubernur itu karib disapa, tidak henti-hentinya mengagumi keluarbiasaan Ramang di lapangan hijau.
''Dalam 100 tahun ke depan, belum ada pemain yang dapat menggantikan Ramang,'' Karaeng Rani yang ketika itu adalah Penasihat PSM mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok pemain  yang kerap jadi momok kesebelasan lain ini.
Soal trio PSM, Piet Tio mengatakan, tidak ada duanya di kesebelasan mana pun di Indonesia kala itu. Mereka sudah saling tahu permainan masing-masing. Pernah, ujar Piet Tio, format trio ini dicoba di tim nasional. Sayang tidak jalan. Tetapi bukan karena aspek teknik, melainkan lebih kepada persoalan nonteknis. Jika trio PSM ini ''dihidupkan'' di tim nasional, akan terjadi kecemburuan di kalangan pemain. Para pemain lain akan merasa tersisihkan.
 (Tim Nasional juga punya trio, yakni Ramang, Djamiat Dalhar, dan Phoa Siang Liong. Hanya saja popularitasnya tidak sekondang trio PSM.)
Menurut Piet Tio, Suwardi adalah pemain otak berkaliber. Di belakangnya, Rony Pattinasarani-lah yang mewarisi kapasitas dan kemampuan Suwardi ini. Suwardi selalu menjebak pemain lawan agar merubungnya. Padahal, itu merupakan taktik agar seketika Suwardi memberi bola ke daerah,  Jika masih harus ke Noorsalam, yang terkenal dengan bola kop-nya, dia akan umpan.  Ramang yang biasanya sudah berlari spontan akan melepaskan tembakan gledeknya ke jala lawan. Kalau Ramang sudah bawa bola berarti wasit sudah harus siap-siap  membawa bola ke titik tengah lapangan lagi. Ya, pasca-jala lawan PSM baru saja bergetar.