Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ramang dan Kesempatan Emas (40)

13 Mei 2021   22:38 Diperbarui: 13 Mei 2021   22:40 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

''PSM sekarang adalah klub penghasil pemain. Tempat mengasuh pemain,'' tukasnya.

Kata Ramang lagi, pemain yang sudah jadi kebanyakan lari ke Galatama dan beberapa klub lainnya di Jawa. Saat sekarang (1981) harus diakui, PSM adalah klub penempa pemain. Pembinaan pemain tidak bisa berdiri sendiri. Menyangkut masalah yang serba kompleks. Semua pihak harus terlibat. Hingga percakapan usai, Ramang tidak merasa bahwa ajakan berbincang-bincang model dialog tukang becak itu sebenarnya bagian dari wawancara. 

Ketika itu, di sela-sela masa istirahat panjangnya, darah bola Ramang sulit dibendung. Kalau tidak sempat ke lapangan atau tidak ada anak-anak yang latihan, dia kerap menyambangi Sekretariat PSM yang ketika itu di Jl.Jenderal Sudirman, di sekitar Kantor POM (dulu), di depan Gubernuran Makassar. Katanya, sekadar jalan-jalan dan bertukar pikiran dengan para Pembina PSM.

Inilah kesempatan emas yang saya peroleh mewawancarai Ramang semasa hidupnya. Ya, setelah upaya mewawancarainya pada tandangan yang pertama gagal. Ketika keinginan saya hendak melakukan wawancara, Ramang berkata pendek.

''Saya sudah tua. Lebih baik para pemain muda yang diwawancarai,'' elaknya.

Agaknya, kata 'tua' itulah yang kini kemudian menjadi ikon untuk menganalogikan seseorang yang pernah berprestasi pada masa lalu sudah menurun kemampuanhya. Hanya agak lucu, saat Ramang sudah sejak 1987 berpulang ke rakhmatullah, masyarakat masih menggunakan analogi itu.

''Toa mi Ramang''. Padahal, dia sudah  meninggal dunia yang fana ini sejak 26 September 1987. *** (Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun