Terhadap sosok Ramang banyak julukan diberikan masyarakat sepakbola. Ada yang menyebutnya sebagai mesin gol, macan bola, dan sang legenda. Nama-nama itu sah-sah saja sebagai bentuk penghargaan yang tiada tara terhadap sang idola yang belum pernah ada duanya hingga kini. Toha Mohtar, salah seorang sastrawan Indonesia yang meninggal dunia tahun 1992 menyebut Ramang dalam salah satu tulisannya ''Ramang si Macan Bola''.
Phoa Sian Liong merinci kehebatan temannya itu, larinya kencang. Tendangannya menggeledek, keras, dan terarah ke sasaran. Seperti peluru kendali, begitu. Semangat juangnya tinggi sekali. Tidak pernah kendor.
''Boleh dibilang, Ramang itu tipe pejuang,'' puji Phoa Sian Liong yang kemudian lebih dikenal dengan nama Januar Pribadi seperti dikutip 70 Tahun PSSI, Mengarungi Milenium Baru.'.
Ramang termasuk salah satu pemain nasional yang mampu bertahan dengan prestasi tinggi hingga tahun 1965. Di antara pemain itu adalah Maulwi Saelan, Paidjo (penjaga gawang), Aang Witarsa, Chaeruddin Siregar, Ramlan Yatim, Ramli Yatim, Sidhi, Ramang,  Djamiat Dalhar, Phoa Sian Liong, Kwee Kiat Sek, Thio Him Tjiang, Moh.Rasyid, Rukma Sudjana, Omo Soeratmo, Fattah Hidayat, Tee Sian Liong, S.Darmadi, Ilyas Haddade, dan Ishak Uddin  Â
Dalam tulisannya itu, Toha Mohtar mengatakan, salah seorang yang pernah menyaksikan Ramang bermain di Surabaya menyebutkan, si Macan Bola itu pernah melepaskan tendangan, terkena tiang gawang dan patah. Ini menandakan dan membuktikan betapa kerasnya tendangan tersebut. Tidak heran kalau banyak penjaga gawang yang masuk dengan bola ke jalanya sendiri.
Masih menurut Toha Mohtar, Tony Pogacnic pada awalnya sangat kecewa dengan pemain pengganti Sunardi Arland ini. Masalahnya, yang dicari adalah pemain belakang, sementara Ramang seorang penyerang tengah. Namun, Tony melihat sisi lain dari pemain yang semula tidak dikenal itu. Bentuk kakinya seperti huruf /o/, pengkor.
Dalam satu sesi latihan, tulis Toha Mohtar, Ramang berhasil mengelabui penjaga gawang, Van der Win yang jangkung.
''Baru ada pemain yang mampu mengelabui Van der Win yang jangkung,'' kata Tony, mengomentari kemampuan Ramang yang berhasil menjebol pertahanan  penjaga gawang keturunan Belanda itu.Â
Abdul Azis Mattimu sendiri yang pernah dilatih Ramang ketika remaja menyebutkan, kemampuan Ramang bermain bola memang diindikasikan oleh bentuk kakinya. Bentuk huruf O, pengkor.Â
Sebelum bermain bola, Ramang kerap mendatangi salah satu gawang. Dia berhenti sejenak, kemudian menghantam salah satu tiang gawang dengan kakinya. Tatkala kaki terasa sakit, maka itu bukti kemampuan primanya bermain bola yang dia hadapi belum tiba. Dia gasak lagi tiang gawang. Jika tidak terasa sakit, barulah tenaganya siap bermain dan menghadapi lawan-lawannya.
''Mungkin juga dia mengetes 'pakai-pakai'-nya,'' begitu Azis Mattimu memperkirakan kemampuan supranatural mantan pelatihnya yang pernah memoles dia selama tiga tahun di Persipangkep.Â
Menurut Azis Mattimu, kemampuan Suwardi Arland adalah memutar bola. Sampai-sampai empat orang dia bisa kuasai dan kecoh.
''Kelincahan Suwardi adalah bisa menggoreng bola. Sampai empat lima orang dia mampu lewati,'' ujar Azis Mattimu ditemui di Unhas, 23 September 2010.
Ramang juga selalu memberi umpan matang kepada Suwardi dan Noorsalam yang membagi posisi di kiri-kanan lapangan. Ramang di tengah.
Dalam suatu catatan yang pernah penulis baca, selama kariernya, Ramang pernah mencetak 100 gol dalam pertandingan resmi. Namun, putranya, Anwar mengatakan, jumlah gol yang pernah lahir dari kaki ayahnya lebih dari itu. Dalam lawatan Asia-nya saja, Ramang mengoleksi 19 gol dari 25 gol yang dicetak PSSI.
Yang paling heboh, saat kesebelasan RRC bertandang ke Jakarta. Ramang memborong 2 gol bagi kemenangan 2-0 tanpa balas PSSI Salah satu golnya diciptakan melalui tendangan salto. Salah satu tendangan yang spektakuler dimilikinya. Ramang menurut para saksi mata melakukan tendangan salto jika dalam posisi berhadapan dengan gawang  terkendala melepaskan tembakan atau dihalang-halangi.
(Banyak yang masih bingung bagaimana cara pemain melakukan tendangan salto. Ada yang bilang bias, tetapi secara kebetulan.Salah seorang blogger di dunia maya menulis menginformasikan cara tendangan salto dihasilkan.Â
Ada dua syaratnya, kata dia. Kesatu, pemain harus memimliki teknik 85-an ke atas. Semakin tinggi teknik pemain itu, kian seringlah pemain tersebut berusaha menendang salto ketika mendapatkan crossing dari kawan. Kedua, terakhir salto yang bagus hanya bisa dilakukan pemain mendapatkan "crossing" bola yang lebih rendah.Â
Jika seorang pemain memberi umpan kepada teman pemain lain yang ada di kota penalti dengan umpan "crossing" tinggi, maka sampai tekniknya 95-an ke atas pun tidak akan disalto. Sebab, rentan dan amat berisiko. Pasti akan di-"heading". Kalau pun di-salto pasti hasilnya jelek, tidak sempurna. Jadi, syaratnya harus "crossing" rendah. Naskah ini dirilis oleh Fechry, 18 Agustus 2010.
Namun kisah tendangan salto yang sangat sadis terjadi ketika berlangsung pertandingan di Cape Town pada partai semifinal antara Belanda melawan Uruguay 7 Juli 2010 dinihari. Saat  Piala Dunia Afrika Selatan. Tendangan salto Martin Caceres (Uruguay) menghantam wajah Demy De Zeeuw. Tak ayal lagi, wajah pemain Belanda itu cedera. Diunggah di Google, 20 Desember 2010 pukul 22.45 Wita. ).Â
 Verdy R.Baso yang menyaksikan Ramang melakukan tendangan salto saat PSM berhadapan dengan juara Bulgaria di Stadion Mattoanging 24 Desember 1957, menyebutkan, saat itu, dua atau lebih pemain Bulgaria membentengi Ramang agar tidak memperoleh peluang melepaskan tendangan ke gawang.Â
Namun, Ramang berbalik dan langsung melepaskan tendangan salto. Masuk. Gol itu menunggulkan PSM 1-0 di babak pertama. Namun, seperti dikisahkan Harry Tjong, yang mengawal jala PSM pada babak pertama pertandingan itu, di babak kedua, saat dia diganti PSM gagal mempertahankan keunggulannya. PSM kalah 1-3. .
Saya hanya memperoleh sebagian kecil hasil pertandingan diikuti PSM yang diperkuat Ramang. Pada tahun 1957, saat PSM tampil sebagai juara PSSI Perserikatan pertama kalinya, dalam pertandingan di Stadion Mattoanging 30 Juli 1957, PSM menggulung Persebaya 6-1. Ramang menyumbangkan 2 Â gol, Suwardi Arland 3 gol dan 1 gol lainnya diukir Noorsalam. Sudah dapat dilihat, betapa trio ini merajalela menguasai lapangan dan silih berganti membabak-belur gawang lawannya dengan hujan gol..Â
Ramang tidak sempat mencetak gol ketika berhadapan dengan PSIS Semarang di Mattoanging, 2 Agustus 1957. Empat gol untuk kemenangan 4-1 PSM tersebut dihasilkan melalui hattrick oleh Suwardi Arland dan Noorsalam menyumbangkan satu gol.
Dengan sistem pertandingan harus pindah kandang (home and away) PSM harus bertandang ke Stadion Tambaksari 10 November Surabaya guna menjamu PSMS Medan. Pada pertandingan 21 Agustus, PSM menang 3-1 atas kesebelasan Ayam Kinantan tersebut. Ramang tidak sempat mencetak gol, tetapi Suwardi dan Noorsalam, anggota trionya, masing-masing menyumbangkan satu gol.
Masih di Stadion Tambaksari, PSM juga melawan PSP Padang pada tanggal 23 Agustus. PSM terlalu kuat bagi PSP. Seluruh anggota trio PSM membagi rata masing-masing satu gol dalam pertandingan ini plus Kurnia. Kurnia membuka gol kemenangan PSM pada menit ke-14, Sembilan menit kemudian, Ramang menciptakan gol kedua. Noorsalam dan Suwardi mencetak dua gol berikutnya pada menit ke-51 dan 75 guna menggenapkan kemenangan 4-0 tanpa balas PSM atas PSP Padang..
Pertandingan kemudian berpindah ke Stadion Ikada Jakarta. Pada tanggal 4 September 1957, PSM menghadapi tuan rumah Persija. Ramang dan kawan-kawan membantai Persija 6-0. Noorsalam membuka gol pertama ketika pertandingan baru bergulir 4 menit. Tiga menit kemudian, Ramang menyambung gol kedua dari tiga gol yang kemudian dia hasilkan pada menit-menit ke-35, dan 64. Suwardi menyumbang dua gol pada menit ke-26 dan 53.
Dua hari kemudian, PSM menjajal Persib Bandung. Ramang membuka keunggulan PSM pada menit ke-4, kemudian disusul Suwardi pada menit ke-42 untuk mempertahankan kemenangan 2-1 PSM atas tim Maung Bandung ini.
Pada klasemen akhir tujuh tim ini, PSM berada di peringkat teratas dengan hasil tidak terkalahkan, memasukkan 26 gol ke jala lawan, kemasukan 4 meraih nilai penuh, 12 (waktu itu, menang meraih poin 2). Persib di urutan II dengan nilai 8 hasil empat kali menang, dua kali kalah. PSIS`Semarang di peringkat III meriah nilai 6, hasil dua kali menang dan dua kali seri, 2 kali kalah. Pada pertandingan final yang dilaksanakan di Padang, PSM menang atas  PSMS` Medan yang harus puas sebagai runner up.  Tidak diperoleh data berapa skor akhir pertandingan kedua kesebelasan berjuluk ayam (Jantan dan Kinantan) ini.
Para pemain PSM pada tahun itu terdiri atas: Harry Tjong (kiper), Raeratu, Sampara, Itjing Pasande, Santja Bachtiar, Idris Mappakaya, Noorsalam, Ramang, Suwardi, Kurnia, dan Mannan. Sunar, Sampara dan Santja Bachtiar termasuk dua pemain PSM terpilih sebagai pemain terbaik Indonesia antara tahun 1950-1960 bersama-sama dengan Saderan (Persebaya), Chris Ong, Thio Him Tjiang (Jakarta), Chaeruddin Siregar (pemain PSMS Medan yang kemudian pindah ke Jakarta), Sunarto, dan Ishak Uddin (Persib).
PSM kemudian mengikuti pertandingan musim kompetisi tahun 1957-1959. Pertandingan pertama dilaksanakan di Stadion Mattoanging pada tanggal 2 Juni 1958, PSM menang 4-1 atas Persema Malang. Ramang menyumbangkan satu gol pada menit ke-20, setelah Mannan mencetak gol pertama pada menit ke-11 dan disusul gol kedua menit ke-18 lewat kaki Kurnia. Gol keempat PSM kembali diukir Mannan pada menit ke-43. (Bersambung).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H