Selain Pantai Ule, di sisi timur Asa Kota ini juga ada Pantai Kolo. Pantai ini sudah agak di luar Teluk Bima. Di pantai ini, pengunjung sudah bebas melepaskan pandangan  sejauh mata memandang ke laut lepas, Laut Flores, Warga Pantai Kolo dapat menyaksikan lalu lintas kapal PT Pelni masuk dan keluar ke dan dari Pelabuhan Bima.
Berbeda dengan Pantai Ule yang sedikit tenang, Pantai Kolo sedikit gemuruh karena gelombang yang langsung datang dari Laut Flores. Tidak heran, laut di pantai ini sedikit bergelora.  Pantau Kolo juga  cantik dan masih alami menjadi keunggulan pantai yang terletak di salah satu kelurahan dari empat kelurahan yang termasuk dalam Kecamatan Asakota, Bima ini. Kolo, bersama Kelurahan Jatibaru, Jatiwangi, dan Melayu termasuk dalam wilayah Kecamatan Asa Kota yang terbentuk pada tahun 2017 dengan penduduk 30; 845 jiwa, tetapi data lain menyebutkan 27.931 jiwa menurut versi laman Pemerintah Kota Bima. .  Â
Kalau menggunakan kendaraan pribadi, dari Kota Bima dapat dijangkau dengan jarak tempuh sekitar satu jam. Jaraknya sekitar 15 km dari Kota Bima.  Pantai ini juga menyimpan potensi pesona bawah laut yang indah. Juga  memiliki kelebihan lain seperti menjadi pelabuhan altematif, tempat memancing, pusat tambak udang dan pegunungan disekitarnya yang bisa menjadi lahan pertanian yang menghasilkan buah.
      Penduduk Kelurahan Kolo bermata pencaharian utama sebagai nelayan. Banyak perahu berlabuh di lekuk-lekuk pantai di sisi timur Teluk Bima. Ikan banyak terhampar di tepi pantai saat dijemur  pada musim kemarau. Pada musim tanaman jagung, warga juga menanam komoditas ini. Di bagian yang datar banyak tumbuh pohon kelapa  yang juga menjadi pemandangan indah di pinggir pantai.
      Di bawah pepohonan kelapa inilah para pengunjung dapat menghampar tikar plastik saat berekreasi. Ketika saya berkunjung ke sana, untuk menikmati pantai ini masih belum dipungut bayaran. Terkecuali menggunakan fasilitas yang disediakan warga lokal, seperti gazebo, pondok-pondok kecil di pinggir laut, dan sejenisnya.
      Di Kolo juga sudah ada Pondok Pesantren yang khusus untuk menghasilkan hafiz (penghafal Alquran) dipimpin oleh salah seorang ustaz  yang pernah malang melintang di tanah Jawa. Lokasi gedung-gedung pesantren ini hampir sama tingginya dengan pohon kelapa karena berada di daerah ketinggian. Dari sini, para santri dapat menyaksikan kapal-kapal besar kecil maupun perahu yang melintas dan lalu lalang ke dan dari Pelabuhan Bima.Â
Pada malam hari, lampu-lampu bagan nelayan yang menangkap ikan terang benderang dan tampak kelap-kelip di kejauhan dari atas pondok pesantren ini. (MDA). Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H