Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pesona Wisata di Asa Kota Bima

16 April 2021   21:02 Diperbarui: 16 April 2021   21:02 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asa Kota Bima dari udara (Foto MDA)

Selain Pantai Ule, di sisi timur Asa Kota ini juga ada Pantai Kolo. Pantai ini sudah agak di luar Teluk Bima. Di pantai ini, pengunjung sudah bebas melepaskan pandangan  sejauh mata memandang ke laut lepas, Laut Flores, Warga Pantai Kolo dapat menyaksikan lalu lintas kapal PT Pelni masuk dan keluar ke dan dari Pelabuhan Bima.

Berbeda dengan Pantai Ule yang sedikit tenang, Pantai Kolo sedikit gemuruh karena gelombang yang langsung datang dari Laut Flores. Tidak heran, laut di pantai ini sedikit bergelora.  Pantau Kolo juga  cantik dan masih alami menjadi keunggulan pantai yang terletak di salah satu kelurahan dari empat kelurahan yang termasuk dalam Kecamatan Asakota, Bima ini. Kolo, bersama Kelurahan Jatibaru, Jatiwangi, dan Melayu termasuk dalam wilayah Kecamatan Asa Kota yang terbentuk pada tahun 2017 dengan penduduk 30; 845 jiwa, tetapi data lain menyebutkan 27.931 jiwa menurut versi laman Pemerintah Kota Bima. .   

Kalau menggunakan kendaraan pribadi, dari Kota Bima dapat dijangkau dengan jarak tempuh sekitar satu jam. Jaraknya sekitar 15 km dari Kota Bima.  Pantai ini juga menyimpan potensi pesona bawah laut yang indah. Juga  memiliki kelebihan lain seperti menjadi pelabuhan altematif, tempat memancing, pusat tambak udang dan pegunungan disekitarnya yang bisa menjadi lahan pertanian yang menghasilkan buah.

            Penduduk Kelurahan Kolo bermata pencaharian utama sebagai nelayan. Banyak perahu berlabuh di lekuk-lekuk pantai di sisi timur Teluk Bima. Ikan banyak terhampar di tepi pantai saat dijemur  pada musim kemarau. Pada musim tanaman jagung, warga juga menanam komoditas ini. Di bagian yang datar banyak tumbuh pohon kelapa  yang juga menjadi pemandangan indah di pinggir pantai.

            Di bawah pepohonan kelapa inilah para pengunjung dapat menghampar tikar plastik saat berekreasi. Ketika saya berkunjung ke sana, untuk menikmati pantai ini masih belum dipungut bayaran. Terkecuali menggunakan fasilitas yang disediakan warga lokal, seperti gazebo, pondok-pondok kecil di pinggir laut, dan sejenisnya.

            Di Kolo juga sudah ada Pondok Pesantren yang khusus untuk menghasilkan hafiz (penghafal Alquran) dipimpin oleh salah seorang ustaz  yang pernah malang melintang di tanah Jawa. Lokasi gedung-gedung pesantren ini hampir sama tingginya dengan pohon kelapa karena berada di daerah ketinggian. Dari sini, para santri dapat menyaksikan kapal-kapal besar kecil maupun perahu yang melintas dan lalu lalang ke dan dari Pelabuhan Bima. 

Pada malam hari, lampu-lampu bagan nelayan yang menangkap ikan terang benderang dan tampak kelap-kelip di kejauhan dari atas pondok pesantren ini. (MDA).  

Asa Kota Bima dari udara (Foto MDA)
Asa Kota Bima dari udara (Foto MDA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun