Sebelum tahun 2005, kamera yang saya gunakan masih pakai rol film yang untuk melihat hasilnya harus melalui proses di kamar gelap. Tetapi pada tahun 2005 itu saya sudah menggunakan kamera digital yang mengandalkan memori.Â
Jadi secapek-capeknya kita memotret tinggal pilih jepretan yang sangat "maut". Jika menggunakan kamera manual yang mengandalkan rol film, kamera harus dilengkapi dengan "motor drive", sehingga kamera akan berganti jepretan setiap selesai menjepret.
Sekali waktu, saya dan teman Galib almarhum (wartawan foto Harian Fajar) mengambil posisi di bagian selatan lapangan Stadion Mattoanging. Ya biasa, duduk di atas rumput di belakang gawang. Ada juga kursi taman kanak-kanak yang sengaja saya bawa dari rumah.Â
Jumlah wartawan foto ketika itu, ada beberapa dan kami duduk berjejer. Pemandangan wartawan yang duduk berjejer di pinggir lapangan tepat di belakang gawang ternyata mengganggu para penonton di tribun terbuka di sebelah selatan.Â
Tiba-tiba saja, satu batu kecil mampir di kepala saya. Hebat juga penonton itu melempar dan membidik mengenai kepala saya. Saya kaget saja, untung tidak luka karena batunya kecil. Kalau saja dilempar oleh katapel, mungkin kepala saya sudah luka dan berdarah, Sejak saat itu, kami menyingkir agak ke pinggir, jauh dari gawang.
Pada pertandingan PSM berikutnya, kami menghindari duduk di belakang gawang selatan. Ya, takut saja, terulang lagi batu melayang dan mengenai kepala. Di bagian utara, kami dapat akal. Biar kepala dari hantaman batu, kami sepakat mengenakan helm.Â
Rupanya, ulah para wartawan menyelamatkan kepalanya tersebut mengundang kemarahan para penonton tribun terbuka di bagian utara yang merasa konsentrasinya terpecah antara jalannya pertandingan sepakbola dengan diganggu pemandangan para wartawan yang kompak mengenakan helm sembari meliput.Â
"Oe... itu yang pakai-pakai helm mundur..mundur.," teriak mereka di bagian utara.
Saya pun memberitahu teman-teman agar membuka helm dan bergeser agak lurus dengan pojok gawang, biar tidak mengganggu pemandangan. Benar-benar, wartawan foto kala itu tidak ada benarnya. Ya, sejak itulah saya memutuskan tidak mau lagi menonton langsung pertandingan PSM di lapangan, tetapi kalau pertandingannya disiarkan melalui layar kaca, saya tidak pernah ketinggalan.
Semangat Pemain Lokal
PSM dalam laga Piala Menpora seluruhnya menurunkan pemain lokal. Artinya, tidak ada legiun asing yang membela PSM kali ini. Ternyata, penampilan pemain lokal tidak kalah bagus dibandingkan pemain asing.Â