Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Skema Pajak 2025 Membingungkan; Satu Sisi Insentif, Satu Sisi Kenaikan PPN 12 Persen

17 Desember 2024   19:22 Diperbarui: 18 Desember 2024   20:11 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia itu system distribusi dan promosi suatu produk obat itu sangat panjang pasok rantainya. Akibatnya harga bahan baku obat impor sudah dikenakan bea masuk, masih dengan biaya-biaya PPN  dan tambahan biaya lainnya.  

Jatuhnya  cukup mahal sekali hampir 3-5 kali lipat ketika saya beli obat  di Penang yang jauh lebih ekonomis biaya dokter dan obatnya.  

Termasuk akreditasi dokternya yang sudah kategori internasional, saya tidak perlu bolak-balik berobat seperti yang  terjadi  di Indonesia. 

Saya berobat ke dokter A hingga 3 kali tidak bisa sembuh, terpaksa berobat ke dokter B juga sudah dua kali tidak sembuh. Akibatnya saya terpaksa terbang ke Penang dengan diagnose tepat, biaya obat lebih murah.

Meningkatnya Biaya Hidup untuk Middle Income Class

Tujuan kenaikan PPN 12 % itu adalah untuk mengkover  belanja  Pemerintah yang besar karena utang dari penerbitan SBN dalam rangka SKB II dan SKB III berjumlah Rp.100 triliun pada tahun 2025.

Namun, apakah efektifkah dengan menaikkan PPN 12% untuk mengkover biaya utang dan bunganya?  

Justru jika kondisi kenaikan PPN 12% itu jadi pukulan bagi warga middle class, maka warga middle class yang akan terkena dampak, akan melakukan berikut ini:

1. Mengurangi pembelian untuk daya beli yang masih rendah (tidak ada kenaikan penghasilan)

2. Beralih kepada barang-barang illegal yang tak dikenakan tax PPN (misalnya cari  jastip, atau barang elektronik illegal).

Jika scenario di atas terjadi,  tujuan dari Pemerintah untuk mendapatkan tambahan income justru berubah menjadi bumerang bagi Pemerintah.

Kesimpulan

Dalam kondisi daya beli warga yang lemah  dan geopolitik (perang dagang Amerika vs China) akan mulai tahun 2025,  kenaikan PPN tidak efisien .   Kenaikan PPN akan memukul daya beli terutama untuk "middle income class" yang tak menikmati kebijakan insentif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun