Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sejumlah Besar Calon Dokter Spesialis Depresi, Loh kok Bisa? Apa Langkahnya?

19 April 2024   18:48 Diperbarui: 19 April 2024   18:50 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan Mental.  Sumber BBC.com

Tidak semua peserta PPDS memiliki latar belakang sosial ekonomi kuat. Bagi yang ekonomi lemah, hal ini tentu juga sangat berat sekali

Ditambah dengan KKN  (Kuliah Kerja Nyata) yang perlu pertimbangan besar .   KKN di Jawa biaya  lebih besar ketimbang KKN di luar Jawa. Di Jawa berada di lingkungan Rumah sakit lengkap dan mudah terjangkau akses dengan kota, sementara di Luar jawa,  dipos tempat yang terpencil jauh dari kota .  Pertimbangan finansial untuk memilih salah satu diantaranya.

Apa solusi yang dilakukan oleh Kemenkes?

Dengan adanya temuan skrining ini jelas ada yang menyimpang atau hal yang tidak baik dalam kurikulum pendidikan kedokteran spesialis saat ini.

Survei berbasis kuesionair harus ditindak-lanjuti dengan berbagai tindakan.  Bagi yang menderita ringan, para PPDS akan diberikan waktu untuk konsultasi dan pengobatan dengan psikolog.

Sedangkan bagi yang menderita stres atau depresi berat, diberikan pemeriksaan dari ahlinya dan penanangan secara khusus.

Hasil survey ini harus dijadikan basis perbaikan dari pendidikan dokter di Indonesia.Menilai kembali basis pendidikan yang lebih baik,  juga menghilangkan senioritas dan bullying yang menimpa PPDS.

Save our Specialist Doctors!  Kualitas calon dokter spesialist masa depan ada di tangan Pemerintah yang punya perubahan kebijakan yang sangat transformatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun