Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lingkungan Rumah Bersih dan Sehat dari Limbah Rumah Tangga

14 Januari 2024   15:35 Diperbarui: 19 Januari 2024   20:05 2341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandanganku tertuju kepada pintu gerbang perumahan cluster perumahan di bilangan di Tangerang Selatan. Takjub dan berdecak kagum karena taman asri nan hijau menyambut setiap penghuni dan tamu yang masuk ke perumahan ini.

Disuguhi pemandangan bunga dan taman-taman yang rapi, sejauh mata memandang selalu ada keindahan dan kerapian . Perjalanan dilanjutkan mulai memasuki pintu gerbang nama-nama kluster , aku tertegun lagi. Rumah-rumah hunian di situ tak berpagar, tapi rapi dan tidak terlihat sampah atau kotoran. Pohon-pohon rindang yang jadi penyerap CO2 membuat udara lebih nyaman dari udara panas menyengat.

Kerapian, kebersihan dan udara segar memang jadi impian bagi setiap warga untuk dapat tinggal seperti di perumahan tersebut.

Mengapa kita perlu lingkungan sehat?

Lingkungan bersih dapat dinikmati karena bersihnya udara segar, tempat pembuangan sampah dapat ditemukan dengan mudah, air bersih dan jernih, pengelompokan sampah, terdapatnya fasilitas pengelolaan sampah.

Lingkungan bersih dan sehat akan mempengaruhi kesehatan dari warga yang tinggal di sekitarnya. Salah satu indikator dari kesejahteraan manusia adalah kesehatan yang baik.

Bagaimana mendapatkan kesehatan yang baik jika lingkungan kita tidak sehat? Apalagi sekarang ini kualitas hidup dipengaruhi oleh banyak virus penyakit baik itu dari infeksi penularan maupun dari limbah-limbah sampah yang tidak dikelola dengan baik.

Dampak dari perubahan iklim, membuat kita kehilangan lingkungan sehat. Hampir di seluruh negara di dunia merasakan perubahan iklim yang berubah drastis. Indonesia mengalami peningkatan suhu udara yang cukup panas (di tempat saya, Tangerang Selatan hampir 37 derajat C) dari biasanya sepanjang tahun 2023 .

Perubahan iklim dan cuaca ini menjadi ancaman lingkungan di seluruh dunia termasuk Indonesia.  

Tidak ada seorang manusia pun yang menginginkan adanya perubahan iklim . Peningkatan suhu udara akibat kegiatan manusia , membawa kesengsaraan manusia sendiri. Hal ini membuat manusia harus berperang dan mencari solusi agar ancaman perubahan cuaca tidak makin memburuk.

Perubahan iklim ini dengan naiknya temperatur udara disebabkan oleh emisi karbon .Penyumbang emisi gas metana ini adalah sampah.

Sumber; YDBB / Hasan & Umer 2022/FAQ (2014) Food Wastage Footprint (2014).
Sumber; YDBB / Hasan & Umer 2022/FAQ (2014) Food Wastage Footprint (2014).

Sampah organik yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menyumbang 20 % emisi methane, 80 kali terkuat seperti CO2 , seluruhnya berasal dari TPA .

Kontribusi sampah terhadap perubahan iklim sebesar 70% dari Emisi gas rumah kaca secara global disertai dengan semua produk yang melalui proses "life cycle" (mulai dari perilisan hingga penarikan kembali).

Inilah saatnya bagi kita semua untuk menjaga lingkungan dari limbah domestik seperti sampah rumah tangga.

Pentingnya Pengomposan untuk pengurangan iklim

Setiap kali bicara sampah, saya selalu teringat dengan peristiwa TPA Leuwigajah di CImahi pada tahun 2005. Timbunan sampah sepanjang 200 meter dan tinggi 60 meter. Ketika hujan turun deras, ditambah akumulasi gas metan, membuat sampah meledak dan longsor bagaikan tsunami menerjang manusia dan rumah pemulung , akibatnya 150 orang meninggal dunia.

Tragedi itu memberikan hikmah bahwa kita harus menjaga bumi dan mengelola sampah menjadi zero waste.

Cukup berat untuk memulainya karena kita adalah negara penghasil sampah makanan atau food waste nomor dua setelah Arab. Jumlah luar biasa besarnya, 13 juta ton pertahun atau setara 5000 kali berat monas.

Namun, kita tidak boleh lengah, menunggu sampai daratan kita  penuh dengan lautan sampah. YPBB mengadakan gerakan "Zero Waste Cities" . Beberapa kota seperti Bandung, Cimahi telah bergerak untuk memperkenalkan dan mengimplementasikan "Zero Waste Cities ".

Agar jumlah sampah organik di TPA itu berkurang,, kebijakan pengelolaan sampah daur ulang, pengomposan harus digalakkan untuk mengurangi total emisi .

Belajar Zero Waste Cities dari YPBB

Pemilahan & Pengumpulan Terpilah .Sumber: YPBB
Pemilahan & Pengumpulan Terpilah .Sumber: YPBB

Saya telah mengikuti webinar "Zero Waste Cities yang diselenggarakan oleh YPBB. YPBB sebuah organisasi non profit , non- pemerintah yang mempromosikan untuk membantu warga hidup selaras dengan alam.. Kampanye utama "Zero Waste Cities".

Ide Zero Waste Cities telah diimplementasikan di Kelurahan Cihaurgeulis Banding dengan pengomposan, dan Kelurahan Baros CImahi dengan mengolah biodigester. Edukasi oleh salah satu staf YPBB kepada warga dalam pemilahan sampah antara sampah organik dan anorganik dari rumah masing-masing dimasukkan ke wadah bekas (kaleng) , lalu dikumpulkan oleh petugas sampah dengan pemilahan yang sama (organik dikumpulkan ke semua sampah organic dan anorganik dikumpulkan ke semua sampah anorganik, tidak bisa dicampur aduk). Sebelumnya petugas sampah pun telah diedukasi oleh staff YPBB.

Sampah anorganik akan diambil oleh petugas sampah dan diserahkan kepada pengepul untuk diolah atau didaur ulang.

Sementara sampah organik , akan dikompos di suatu tempat yang telah ditentukan di lingkungan. Dikompos untuk dijadikan pupuk , pupuk itu akan digunakan oleh lingkungan untuk menyuburkan tanaman. Selain  dikompos, juga ada yang mengolah sisa sampah organik menjadi maggot .

Implementasiku dalam mengurangi sampah

Edukasi yang telah saya terima tidak sepenuhnya dapat saya implementasikan di lingkungan rumah saya . Perbedaannya di tempat lingkungan rumah , sampah tidak dipilah tetapi pemilik rumah memasukkan semua sampah ke dalam satu kantong plastik.   Kemudian kantong plastik, dari semua rumah dikumpulkan.

Tiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu petugas sampah mengumpulkan semua kantong plastik untuk diangkut oleh truk. Truk akan membawa sampah ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS).

Beberapa kali saya sudah memberikan masukan kepada Bapak RT untuk mengubah pola memilah sampah dari yang sekaligus dicampur menjadi memilah antara yang organik dan anorganik. Akhirnya hanya kesepakatan untuk memilah sampah menjadi 5 bagian yaitu

Tong Sampah Pemukiman.  Sumber: dokpri
Tong Sampah Pemukiman.  Sumber: dokpri

1.Tong sampah warna merah untuk B3 misalnya lampu neon, film, baterai, kaset, disket, racun, kemasan semprot serangga.

2.Tong sampah warna kuning untuk  anorganik misalnya botol kaca, plastik, kaleng makanan & minuman.

3.Tong sampah warna hijau untuk organik misalnya sisa makanan, tulang, daun kering,daging.

4.Tong sampah warna biru untuk daur ulang misalnya karton makanan/minuman, kardus, koran bekas, buku bekas.

5.Tong sampah warna biru untuk residu misalnya pembalut wanita, popok bayi, puntung rokok.

Keseharianku sebagai ibu rumah tangga ,  pada saat memasak, langsung mengimplementasikan memilah sampah dan membuat eco enzyme:

1. Memilah sampah

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri

Saya selalu memilah sampah menjadi empat bagian yaitu sampah pertama adalah sampah organik. Untuk sampah organik dari bahan buah-buahan saya buat menjadi eco enzyme. Sedangkan untuk sisa makanan yang sudah masak, dan sisa dimasukkan ke plastik dan dikumpulkan ke tong sampah sesuai dengan kategorinya . Petugas sampah akan mengambil dan memasukkan ke truk untuk dibawa ke TPS, lanjut ke TPA.


Sampah kedua anorganik seperti botol kaca/plastik, kaleng makanan/minuman, akan saya kumpulkan dan disampaikan ke Rebrik atau pedagang di pasar, atau Bisnis Daur Ulang Danone untuk didaur ulang .

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri
Saya mendukung gerakan #BijakPlastik dari Danone-Aqua untuk mendaur ulang air kemasan gelas 100% dan meningkatkan proporsi plastic daur ulang dalam kemasan 50%.

Limbah plastik sangat membahayakan biota laut. Seperti terjadi beberapa tahun lalu, seekor Paus terdampar mati karena makan plastic yang sudah bertumpuk di laut.


Sampah ketiga adalah aneka kardus, karton bekas kemasan pengiriman paket, koran dan buku bekas akan saya kumpulkan dan diserahkan kepada pemulung yang lewat setiap harinya. Pemulung akan menyerahkan kepada Bank Sampah untuk daur ulang.

Sampah keempat adalah sampah bekas baterai, kaca film , neon atau lampu akan saya kumpulkan dan masukkan ke bak sampah berwarna merah untuk diambil petugas sampah.

2.Eco Enzyme

Ide pengomposan sangat bagus untuk mengurangi sampah, tetapi saya terkendala dengan tempat atau bak besar untuk mengolah sampah organik menjadi kompos.

Satu-satunya jalan yang saya lakukan adalah dengan memproses sebagian sampah organik seperti kulit buah, potongan sayuran yang masih segar untuk diproses jadi eco enzyme.

Mengapa saya memilih eco enzyme? Ternyata produk eco enzyme ini dapat dimanfaatkan untuk pengganti cairan seperti shampoo, sabun cuci piring, sabun cuci pakaian yang mengandung bahan kimia sintesis yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Juga kemasannya sangat mencemari lingkungan karena hanya sebagian kecil yang tidak dapat didaur ulang.

Bahan-bahan eco enzyme tergantung dari besarnya wadah. Misalnya wadah 1 liter: Perbandingan wadah, gula merah, bahan organik : 1:3:10

  • Gula (molase/gula merah tebu/aren/kelapa/lontar) : 60 gram
  • Kulit buah (wortel, nanas, naga/pir/limau/papaya) : 180 gram
  • Air disarankan volume air =60% dari volume wadah: 600 ml
  • Wadah : bermulut lebar, wadah boleh besar/kecil, berbahan plastik, bisa ditutup rapat dan kedap: 1 liter

Cara pembuatan Eco Enzyme

Dokpri
Dokpri

1. Semua kulit buah yang sudah dipotong direndam semalam di ember dan ditutup

2. Timbang gula aren 60 gram dan dipotong halus

3. Gula aren dicampur dengan air 200 ml

4. Bahan nomor 1 disaring

5. Bahan nomor 1 dipotong supaya bisa masuk ke wadah

6.Campurkan air  gula aren ke dalam wadah

7. Tambahkan air sesuai ukuran dikurangi air gula aren : 400 ml

8. Tutup mulut botol dengan sangat ketat supaya tidak terjadi ledakan , juga pasang pipet dari wadah besar ke wadah kecil. Fungsinya saat terjadi fermentasi, bisa sebagian air disalurkan ke tempat yang kecil untuk hindari ledakan.

9.Inilah hasil panen Eco Enzyme setelah tiga bulan di produksi. Contoh tanggal pembuatan tanggal 13 Januari, panen pada tanggal 13 April 2024

Tip selama menyimpan:

1.Agar terhindar dari kontaminasi, tempatkan wadah larutan fermentasi di tempat teduh tidak terkena sinar matahari.

2.Memiliki sirkulasi udara yang bersih

3.Jauh dari WC, tong sampah, tempat pembakaran sampah dan bahan-bahan kimia.

Berikut ini adalah ukuran pemakaiannya:

sumber: tokopedia
sumber: tokopedia

Setelah didiamkan 90 hari atau 3 bulan, Eco enzyme siap dipanen. Apabila di permukaan terjadi jamur putih/halus, jamur harus dipisahkan . Eco enzyme bisa dipanen dengan menyaring dan menyimpan di wadah tertutup.

Pembuatan eco enzyme ini membantu lingkungan jadi bersih dari limbah B3 atau limbah rumah tangga seperti cairan pembersih misalnya deterjen, pemutih, pelembut bersifat korosif atau kaleng cairan aerosol , sabun tangan, shampo yang penuh dengan bahan kimia.Terciptalah Impian kita, lingkungan bersih dari limbah domestik, hidup sehat dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun