Pengertian overturism adalah ramainya pengunjung wisatawan dibandingkan dengan populasi lokal kota-kota tersebut. Contohnya jika penduduk Bali menurut BPS tahun 2022 sebesar 4,362,738, sementara  wisman dan wisnusan totalnya 14,3 juta,  tentu  overturism.
Kembali kepada overturism Bali, Â dampaknya bagaikan pedang bermata dua.
Di satu sisi memang membawa berkah dalam bidang bisnis (hotel, UMKM, Â tempat wisata, transportasi )serta pertumbuhan ekonomi warga lokal. Â
Pembangunan hotel dan perkotaan yang tidak berkelanjutan sesuai permintaan industry pariwisata dan terbatasnya kapasitas terbatas infrastruktur. Â Â
Efek yang buruk bagi overturism di Bali misalnya  tanah-tanah yang dulunya pertanian milik penduduk telah terjual menjadi vila dan kesenjangan antara orang kaya dan miskin semakin besar.  Penduduk hanya bekerja sebagai pekerja tetapi tidak memiliki aset lagi.
Dengan hilangnya lahan pertanian, degrasi ekosistem , penurunan kesuburan tanah di daerah yang subur dan bahkan lebih parahnya penggalian air yang berlebihan .
Pengelolaan limbah yang seharusnya diperhatikan akibatnya banyak pengunjung yang datang. Sehari setelah selesai malam tahun Baru, Â sampah menumpuk di pantai, sungai tercemar dan tempat pembuangan akhir penuh tanpa mencari cara bagaimana pengelolaannya.
Dampak sosial budaya dari overturism di Bali adalah pengikisan gaya hidup budaya Bali.  Masuknya wisatawan atau investor asing dengan komodifikasi budaya lokal, menjadi perpindahan dan marginalisasi  warga lokal.
Harga tanah di tempat yang dibeli orang asing menjadi mahal, sementara penduduk lokal sendiri terdesak sampai di pinggiran terpencil bahkan mereka terpaksa mencari pekerjaan di tempat baru yagn sulit didapatkan.
Baca juga: Â Pendidikan Tinggi Tertinggal, S1 Tidak Melanjutkan
Pariwisata berkelanjutan
Saat ini justru wisatawan dan investor global cenderung mencari kualitas wisata ketimbang  kuantitasnya. Â