Kecuali di perusahaan asing di Indonesia sudah mulai menerapkan skema struktur gaji berdasarkan jabatan yang cukup jelas. Misalnya saya di level Assistant Manager dengan Level O, gajinya X, untuk Assistant Manager dengan level L gajinya Y. Dengan demikian, para pekerja bisa mengantisipasi bagaimana mencapai gaji tinggi untuk level yang saat ini dia bekerja.
Kebijakan tiap perusahaan di Indonesia tak sama karena tidak ada Undang-Undangnya untuk transparansi gaji yang berbeda.
Ada karyawan di perusahaan A yang generasi milenial, menganggap bahwa transaransi gaji itu tidak melanggar privasi mereka. Mereka open saja mengutarakan dan minta perusahaan juga open untuk menghitung dan berikan stadardinasi pekerjaan di tingkat tertentu berapa besarnya.
Sementara di perusahaan B yang didominasi generasi karyawan generasi X ke atas maka mereka tidak merasa nyaman jika harus terbuka dengan gaji mereka, karena gaji dianggap suatu privacy.
Baca juga: Â Â 18 Strategi Marketing yang Ampuh untuk Meningkatkan Bisnis Lebih Cepat
Menghilangkan hambatan komunikasi
Aspek transparansi dalam komunikasi bisa jadi rumit ketika para pemimpin tidak memiliki komunikasi yang transparan dan dua arah.Â
Pemimpin harus open atau terbuka terhadap keputusan-keputusan baru tentang gaji yang menyangkut keuangan perusahaan (misalnya perusahaan mengalami kerugian, tidak ada kenaikan gaji, maka diutarakan dengan terbuka dan jelas).
Hal ini akan mempengaruhi produktivitas, moral kinerja karyawan. Karyawan merasa tetap dihargai walalupun tidak ada kenaikan gaji.
Semoga budaya transparansi ada di setiap perusahaan Anda sehingga Anda juga dapat menemukan kepercayaan yang kuat adanya komunikasi dan kepercayaan kepada perusahaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H