Hasilnya dia meraih juara ketiga dalam ajang kompetisi itu.
Lalu tahun 2022, Nono maju lagi untuk berkompetisi di ajang yang sama. Kali ini dia bisa  menggaet Juara Satu Lomba matematika internasional Abacus World Competition.
Baca juga:Â Â Gaya Hidup Konsumtif Merugikan Dirimu Sendiri. Yuk, Ubah Gaya Hidupmu
Kompetisi ini sangat "tough" Â , Nono berhasil mengalahkan 7.000 peserta dari belahan dunia seperti Amerika SErikat,Kanada, Qatar,Bangladesh, Unit Emirat Arab, Australia.
Dalam kompetisi itu, dia telah menyelesaikan 15.201 file atau 152.10 soal matematika dari Januari sampai Desember 2022.
Tawaran yang  sangat menggiurkan
Begitu menjadi pemenang, berbagai undangan baik dari Instansi maupun perusahaan swasta, berdatangan untuk datang ke Jakarta Indonesia.
Liputan dari TV Swasta maupun streaming online dari berbagai pihak, membuat dirinya viral dan terkenal dalam sekejab.
Hadiah-hadiah seperti mobil dan Laptop yang ditawarkan. Â Anak sekecil itu sudah mampu berpikir secara dalam, membutuhkan hal yang paling esensial yaitu beasiswa. Beasiswa yang bisa digunakan untuk meraih masa depannya karena dia mengerti dan paham ayah dan ibunya tak mampu untuk menyekolahkan dia ditempat dia bisa menempa ilmu dengan tinggi.
Viral dan terkenal dalam sekejab, tidak membuat dirinya menjadi anak yang sombong . Dia adalah "Malaikat Agung" seperti arti namanya  yang tidak silau dengan kemewahan dan aneka tawaran dan hadiah yang menggiurkan.
Belajar dari Nono
Secara pribadi, saya banyak belajar dari Nono bahwa anugerah yang telah dilimpahkan Tuhan dengan keterbatasan yang sangat tinggi dari bidang ekonomi , tidak menyurutkan niatnya untuk meraih materi dalam sekejab.
Viral itu akan hilang dalam hitungan hari, tapi dia memilih jalan sunyi, dan terjal yang tetap harus dilaluinya. Â Namun, satu kepastian yang ingin dibuktikan kepada dunia terutama kepada Indonesia, dia adalah anak yang percaya anak genius dihargai di tanah kelahirannya. Â Bukan di negara lain yang justru mencari intan-intan genius dan membawa anak genius itu untuk ditempa untuk generasi yang membangun negara lain bukan Indonesia.