Sebagai warga yang tak punya pilihan menghadapi kenaikan harga barang konsumsi, kita perlu punya beberapa strategi agar kita tetap "survive"
1. Punya dana likuiditas yang cukup
Kecukupan likuiditas itu adalah sebesar 12 kali gaji terakhir. Likuiditas ini bukan berarti dana tunai tetapi dana yang mudah dicairkan jika ada emergency. Misalnya dana yang dimasukkan di reksadana pasar uang, saham dan lainnya.
Likuiditas ini penting apabila terjadi PHK, kita langsung bisa mencairkan dana tunai dan menggunakannya. Tentu tidak diharapkan hal ini terjadi. Tetapi perusahaan tempat kita bekerja bukanlah tempat yang selalu aman apabila badai terjadi.
2. Investasi
Ditengah kesulitan untuk mengatur keuangan, tentu disarankan ada saat dimana keuangan keluarga membaik. Ada yang dapat pekerjaan jauh lebih baik di akhir tahun 2022 atau awal 2023, maka gunakanlah kelebihan dana untuk berinvestasi.
Investasi yang utama adalah memahami profil kit sendiri (konservatif, atau agresif). Sesuaikan jenis investasi sesuai dengan profil. Menentukan toleransi penurunan dari imbal hasil investasi, contohnya toleransi 3%
Kedua, potensi investasi adalah sesuai potensi imbal hasil terhadap imbal hasil. Contohnya apabila dana investasi digunakan dua tahun ke depan, maka hitung potensi imbal hasil yang diharapkan setara dengan tingkat inflasi tahunan saat ini.
Ketiga, memahami bahwa investasi dari hasil yang disisihkan dari penghasilan, harus selalu dievaluasi. Komposisi aset yang memenuhi 3 kriteria yaitu, aset kas likuid, aset investasi, aset konsumsi. Aset kas likuid adalah tabungan, deposito dan reksadana pasar uang. Aset investasi adalah aset dengan hasil lebih tinggi, disertai dengan risikonya.
Diharapkan dua aset yaitu aset kas likuid dan aset investasi itu meningkat terus karena kedua aset itu landasan untuk keuangan keluarga.
***
Sumber referensi:
5 Dampak Kenaikan Asuku Bunga Acuan BI terhadap Masyarakat