Ketika The Fed menaikkan suku bunga acuan, jika BI tidak menaikkan suku bunga pasti perbedaan makin besar. Semakin besar perbedaan suku bunga dapat membuat investor asing melirik untuk menempatkan dananya di Safe Haven.Â
Kita harus segera waspada jika investor asing yang bertransaksi baik gunakan USD dan menarik kembali uangnya kembali ke Amerika Serikat, dapat mempengaruhi likuiditas.
Ditambah dengan harga komoditas yang diekspor sudah mulai turun kecuali kelapa sawit.Â
Bauran kebijakan yang tetap dijalankan dengan ketat antara moneter dan fiskal harus seimbang. Ketika suku bunga naik, dan pertumbuhan ingin dijaga, maka fiskal akan tertekan oleh kenaikan suku bunga pinjaman kredit modal.
Dampak kenaikan BI RateÂ
Ada beberapa dampak bagi kita sebagai warga maupun sebagai investor atas kenaikan BI Rate.
Dampak yang pasti jelas akan terjadi:
1. Bunga Deposito dan Kredit naik
Bukan hanya nilai tukar yang terus melemah, tetapi bunga deposito dan kredit di perbankan akan naik dalam jangka waktu 2-3 bulan. Alasannya suku bunga acuan juga menjadi salah satu acuan perbankan.
Namun, menurut Gubernur Bank Indonesia, berhubung likuiditas perbankan masih longgar, masih ada kesempatan untuk memperpanjangan efek tunda transmisi suku bunga kebijakan pada suku bunga deposito dan kredit. Kenaikan akan berkisar 2 bps atau setara 0,02 persen dan suku bunga deposit 10 bps atau setara 0,10 persen.
2. Memperlambat pertumbuhan ekonomi
Jika suku bunga kredit modal kerja atau konsumtif di perbankan dinaikkan, potensi untuk perlambatan ekonomi akan terjadi.
BIaya tambah besar berdampak sulitnya perputaran likuiditas dari usaha. Akhirnya berdampak kepada pertumbuhan bisnis yang baru saja pulih.
3. Daya beli warga berkurang
Jika harga-harga barang konsumsi dinaikkan oleh produsen, otomatis, pembeli terpaksa mengurangi pembelian. Pengeluaran untuk konsumsi akan naik, daya beli lama makin lemah dan sulit bagi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan baik.