Kisah ini dimulai ketika saya saat itu  belum punya blog pribadi.  Saya masih dalam taraf belajar menulis sekembalinya dalam webinar "Creative Writing" yang diadakan oleh Kompas.  Terus terang saat itu saya sedang mencari aktualisasi saya karena menginjak pensiun.  Saya harus menemukan kebahagiaan baru pengganti pekerjaan.
Lalu, saya bertemu dengan seorang teman yang punya akun "Kompasiana". Â Setelah ngobrol panjang lebar, saya mengemukakan keinginan saya untuk bisa menulis dalam suatu blog atau platform. Â Dia katakan, "Ayo nulis di Kompasiana. Caranya gampang,tinggal buka akun di Kompasiana saja".
Pengalaman menulis pertama kali di Kompasiana pada tahun 2012, pasti bingung dengan berbagai macam aturan yang harus ditaati.  Foto yang tidak boleh asal ambil dan harus memiliki izin  dan  harus ambil dari free image saja untuk menghindari pengaduan copyrightdari pihak publisher.  Belum lagi konten yang belum bisa berkembang dengan baik.  Jika pengin cerita tentang perjalanan, konten perjalanan saya terlalu singkat, dan tak bisa memberikan nilai-nilai yang menarik untuk dibaca, bahkan tidak ada story-tellingnya.
Seriring berjalannya waktu, tulisan saya mulai sedikit berbobot karena saya  banyak mengikuti Kopi Darat atau Nangkring oleh Mas Isjet dan Kang Pepih.  Pelajaran-pelajaran yang penuh dengan makna bagaimana menulis yang baik dan disukai pembaca.
Energi saya makin melesat tinggi karena passion menulis itu tersalurkan tulisan di platform kompasiana.com. Â Senang luar biasa meskipun tulisan itu tak pernah mendapatkan ranking di headline. Â Kebahagiaan utama adalah konten tulisan saya makin ada pembacanya, sudah mulai dilirik oleh editornya.
Nach, di tahun 2015, saat Kompasianival akan diselenggarakan. Saya mendaftar untuk berpartisipasi.  Saya tak pernah berpikir bahwa acara Kompasianival tahun 2015  di Gandaria itu berubah acaranya dengan Undangan dari Bapak Jokowi  untuk santap siang di Istana.
Saya masih ingat betul dua hari sebelum hari H, saya ditelpon oleh admin Kompasiana, apakah bersedia datang jika diundang ke Istana. Â Saya sungguh tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Saya ulang, ke Istana? Â "Betul, Anda terpilih salah satu diantara 100 yang diundang". Â Dalam kondisi masih "shock" karena tak percaya, saya langsung konfirmasi. Â Segudang peraturan diberikan, harus siapa jam yang ditentukan, dress code batik, tidak boleh membawa tas atau apa-apa yang tidak diperlukan.
Apresiasi Presiden Jokowi kepada Kompasianer dengan mengundang makan siang di Istana merupakan momen yang tidak pernah saya lupakan seumur hidup. Â Luapan gembira, senang, dan merasa dihargai sebagai blogger . Â
Sejak saat itu saya mulai mengembangkan passion menulis dengan melesat sekali. Kebahagiaan saya dalam menulis adalah jika tulisan saya memiliki  nilai dan bermanfaat bagi pembacanya.  Meskipun tulisan saya tak pernah mencapai "headline" karena kadang-kadang saya sulit tidak paham kriteria yang diterapkan oleh Admin untuk bisa masuk kategori "Headline".Â
Bagi saya, Â konten tulisan tergantung dari ide yang muncul di otak saya. Kadang-kadang sulit masih merasa ragu-ragu apakah topik konten bisa diterima oleh pembaca atau tidak. Lalu saya olah dan membuat mind mapping sehingga terciptalah tulisan itu.
Keinginan menggebu untuk bisa mencapai konten tulisan yang berharga bagi pembacanya. Namun,  saya  tak paham bagaimana menaikkan traffic tulisan saya .  Saya pernah belajar google analytical, namun saya tak mengetahui secara spesifik behaviour  pembaca Kompasiana.
Secara alami, saya menulis terus untuk berbagi  sebagai energi kebahagiaan saya.  Nach suatu hari di tanggal 28 Mei 2022, saya punya kegelisahan hati ketika membaca ratusan PNS yang telah diterima, tetapi mereka itu menolak untuk menjadi PNS.  Saya kaget dengan fenomena yang terjadi. Loh, dulu orang sangat mendambakan jadi PNS, kok sekarang jadi menolak. Ada apa gerangan? Saya membuat survey dengan teman anak maupun membaca beberapa artikel sebagai referensi.
Akhirnya, saya membuat sebuah artikel berjudul " Mundurnya Ratusan PNS yang Diterima, Profesi PNS Bukan Primadona Lagi?".
Saya anggap tulisan itu mewakili kegelisahan hati saya. Â Ternyata sambutan tulisan itu sungguh luar biasa, hingga 19 Oktober 2022, tulisan itu telah mencapai 69465 viewer, 37 yang menyukai dan 11 komentar.
Bagi saya, suatu kehormatan pembaca tertarik dengan apa yang ditulis. Â Â Fenomena baru yang mungkin tidak biasa. Â Saya menganggap bahwa ada benang merah yang perlu diulas ketika konten itu memang punya perubahan nilai, entah menuju kebaikan atau keburukan, tetapi pegulatan batin itu harus dituangkan dan direnungkan dan dimaknai dengan baik dan menemukan solusinya.
Itulah sekelumit kisah manisku bagi  selama 10 tahun  (2012-2022) berada di Kompasiana yang menjadi energi positif untuk tetap jadi penulis.
Selamat Ulang Tahun kepada Kompasiana, CEO dan seluruh jajaran staff, saya melihat banyak inovasi  teknologi dan perubahan sesuai dengan kebutuhan zaman.  Semakin maju dan jaya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H