Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Makin Tingginya Biaya Pendidikan, Tantangan Besar bagi si Miskin untuk Kuliah

30 Juli 2022   19:38 Diperbarui: 30 Juli 2022   21:09 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas.id-Dave Reffly

"Peningkatan gaji orangtua Indonesia tidak mampu mengimbangi dengan biaya kuliah anak di masa depan"

Survei yang dibuat oleh Kompas  dengan melibatkan 4  lembaga  survey telah menunjukkan bahwa gaji  atau pendapatan lulusan perguruan tinggi tidak memadai untuk mengkover biaya kuliah yang telah dikeluarkan oleh orangtua .

Sampel dari survey yang diambil oleh Kompas adalah dari 12 program studi dari 30 pergurutan tinggi baik negeri atau swasta.    Mereka yang telah lulus dari perguruan Tinggi Negeri ,dengan jalur masuknya melalui test regular dan mereka yang telah lulus dari perguruan tinggi swasta dengan jalur masuk umum.

Survei ini untuk membandingkan tingkat lamanya jumlah biaya yang dikeluarkan dengan jumlah penghasilan mereka setelah lulus.

Penghasilan mereka yang lulus dari bidang pendidikan  atau keguruan paling cepat  yaitu 12 bulan setelah bekerja.

Penghasilan mereka yang lulus dari bagian tehnik informatika paling cepat 1,02 tahun sedangkan dari bagian statistika dan sain data, selama 1,07 tahun.

Untuk mengetahui berapa inflasi biaya pendidikan tinggi di Indonesia , saya membaca dari dua sumber.

Sumber pertama dari Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi sektor pendidikan 3,8% per tahun. Ditambahkan bahwa khusus untuk uang masuk/pangkal pendidikan perguruan kenaikannya mencapai 10-15% per tahun.

Sumber kedua dari AIA-FInansial Indonesia, kenaikan biaya perguruan tinggi negeri Indonesia mencapai 20%  per tahun, sedangkan perguruan tinggi negeri swasta mencapai 40% per tahun.

Dengan kenaikan yang begitu tinggi, tentu tak sesuai dengan pendapatan orangtua yang pendidikan tidak merata di Indonesia .  Berbagai latar belakang pendidikan, jabatan orangtua  di Indonesia.  Jenis pekerjaannya ada yang bekerja sebagai professional seperti guru,dokter,wartawan, dokter, peneliti, polisi, pilot, masini.  

Ada pula yang bekerja untuk mendapatkan gaji seperti karyawan, supervisor dan lainnya.  Namun, sebagian besar bekerja di bidang UMKM dan pertanian dan peternakan.

Berdasarkan data dari Bank Dunia, PDB Indonesia Income  USD 3,869.59 per kapita atau Rp.54,58 juta per kapita di tahun 2020 artinya Rp.4,500,000 per bulannya.  

Hal ini sangat rendah untuk bisa mengkover biaya pendidikan anaknya. 

Apabila jumlah anaknya dua , maka pertimbangan untuk bisa masuk ke perguruan tinggi bagi kedua anak itu harus dipertimbangkan.

Jalur beasiswa

Tiap orangtua pasti mengharapkan agar anaknya bisa kuliah, lulus perguruan tinggi dan bekerja sesuai dengan bidang yang diinginkannya.

Namun, dengan adanya inflasi dan kenaikan biaya pendidikan yang selangit, tentu hal itu tak mudah bagi mereka yang berasal dari keluarga miskin.

Ada anak-anak keluarga miskin seperti Ikkan, Elisa, yang berasal dari keluarga miskin. Mereka ingin mengeyam pendidikan yang membuka cakrawala pengethauan.   Mereka tak putus asa ketika ayahnya yang bekerja sebagai mandor  atau sebagai buruh, hanya memperoleh pendapatan Rp.100.000 ribu atau tidak menentu pendapatannya.

Berburu beasiswa perguruan tinggi lokal yang disebut  Kartu Indonesia PIntar Kuliah Merdeka 2022.  Beasiswa Bidikmisi tahun ini sudah tidak ada, digantikan KIP Kuliah. Setelah melalui proses pendaftaran KIP Kuliah, mereka akan pilih jalur seleksi , SNMPTN, SBMPTN, SMPN, UMPN, atau jalur mandiri.

KIP ini telah disalurkan kepada 200.000 mahasiswa  baru Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi swasta.. Skema dari bantuan KIP kuliah ini telah dirubah. Dulu hanya diberikan biaya pendidikan Rp.2,4 juta per semester.  Hal ini tidak efektif karena perguruan tinggi menolak untuk prodi unggulan. Akhirnya sekarang dirubah menjadi Rp.12 juta per semester untuk prodik terakreditasi A.  Biaya hidup pun diberikan.

Jalur menabung

Sebelum menikah, saya selalu menghitung berapa biaya (plus inflasi)  yang harus siapkan untuk pendidikan anak mulai dari SD hingga selesai perguruan tinggi .

Setelah dihitung, saya kaget luar biasa, bagaimana bisa mencapai biaya sebesar itu.  Jelas saya harus mulai menabung khusus untuk pendidikan anak sejak sebelum saya menikah dan punya anak. Jika menabungnya saat menikah pasti tidak dapat dicapai, mengingat biaya yang besar itu harus dicapai dengan kemampuan finansial  saya yang terukur.

Satu tips yang tak pernah saya lupakan dari tetangga saya seorang dokter.  Jangan menabung atau asuransi pendidikan anak dalam bentuk rupiah.  Mengapa?  Beliau telah berpengalaman, menyekolahkan anak meskipun masuk di perguruan tinggi negeri pun, tidak cukup asuransi pendidikan dalam bentuk rupiah karena inflasi jauh lebih tinggi dari perkiraan.  Belilah atau tabunglah dalam bentuk US Dollar atau mata uang asing yang lainnya.

Beasiswa S2-S3

Beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah bukan hanya Kartu Indonesia Pintar Kuliah, tapi juga LPDP . LDPD singkatan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan dibwah Kementrian Keuangan yang mengelola dana pendidikan khusus untuk jenjang S2 dan S3 untuk perguruan tinggi di luar negeri.

Namun disinyalir beberapa penerima beasiswa LDPD itu ternyata ada yang tidak bijak. Setelah kuliah selesai (katakan 2 tahun atau 4 tahun), mereka tidak pulang, tapi mencari pekerjaan di luar negeri agar anak-anaknya bisa mendapat sekolah secara gratis di luar negeri.

Hal ini tentu sangat bertentangan dengan syarat dan ketentuan dari penerima/penyandang beasiswa dengan LDPD. Pemerintah akan mempertegas dengan memberikan sanksi dan minta mengganti dana yang dikeluarkan apabila mereka tidak kembali.

Juga Pemerintah akan mereview kembali, syarat penerimaan yang dianggap tidak sesuai dengan target (bukan orang miskin yang diterima tetapi orang kaya karena biaya untk pra test IELTS sangat mahal, jadi hanya mereka yang kaya yang berhasil mendapatkan beasiswa).

Mari kita semua belajar untuk bisa mengejar cita-cita seperti Ikka, Elsa, yang berasal dari keluarga miskin, tapi mereka tetap bersemangat untuk kuliah dalam keterbatasannya. Mereka berkuliah bukan untuk mengejar title atau gelar. Tapi untuk meningkatkan derajat kesejahteraan dan wawasan yang luas agar mereka bisa berkontribusi kepada negeri. 

Harapannya agar apa yang didambakan setelah selesai kuliah dengan ijazahnya itu mereka bisa diterima di lapangan kerja yang baik dan tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun