Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Tulang Punggung Sukar Menabung?

25 Juni 2022   18:05 Diperbarui: 26 Juni 2022   07:40 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Money-Kompas.com.| Ilustrasi Menabung (Shutterstock)

Saat mendengar tulang punggung, awalnya saya pahami sebagai vertebra atau tulang yang letaknya berada di punggung.

Ternyata kedua kata punya arti yang lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, artinya seseorang yang jadi pokok kekuataan atau penopang ekonomi, orang yang menanggung biaya kehidupan.

Seseorang yang dikatakan tulang punggung itu bisa statusnya masih "single" atau sudah menikah. Jadi ada dua jenis tulang punggung.

Apakah tulang punggung itu hanya di budaya timur seperti di Indonesia saja? 

Yach khususnya di Indonesia pada umumnya, apabila ayah dan ibu melahirkan 2-3 putra putri, lalu ketika terjadi perubahan kehidupan sosial, sang ayah meninggal, ibu tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga saja. 

Lalu anak yang terbesar, setelah sekolah selesai (jika memang kebetulan sudah selesai), melamar pekerjaan dan bekerja. Sebagai anak terbesar, sebutlah Andi (bukan nama sebenarnya), menopang semua biaya hidup adik-adiknya beserta ibunya.

Ketika Andi menikah, dia bukan hanya menanggung beban biaya keluarga inti (istri dan anak-anaknya) tetapi juga beban dari keluarga besar Andi (ibu dan adik-adiknya). Boleh dibilang beban sebagai tulang punggung untuk orang yang telah berkeluarga jauh lebih besar dibandingkan mereka yang masih single.

Dasar pemahaman "tulang punggung" itu baik. Menolong dan membantu dari circle keluarga untuk saling tolong menolong, umumnya dari circle keluarga inti, mulai dari orangtua kepada anak. Circle kedua anak kepada orangtua dan berulang lagi orangtua kepada anak.

Jika demikian kapan bagi tulang punggung single maupun double (yang telah menikah) ini dapat menabung? 

Logikanya jika gaji masih kecil, lalu membantu orangtua, maka gaji akan habis tanpa tersisa, apalagi menabung. Ternyata masih ada elemen lain sebagai tulang punggung.

Logika fundamental yang perlu dipahami, jika tulang punggung itu menjadi penopang bagi orang lain, dia juga harus melindungi dirinya apabila terjadi sesuatu (misalnya kematian), orang yang jadi tanggungannya itu tidak kehilangan pijakan sama sekali.

Oleh karena itu sebelum menjadi tulang punggung, hendaknya mereka memiliki perlindungan diri untuk keselamatan jiwanya. Sering disebut dengan asuransi jiwa yang memproteksi keselamatan jiwanya. Ada yang mengatakan kepada saya, apakah asuransi jiwa dapat diganti saja dengan tabungan. 

Asuransi dan tabungan sangat berbeda fungsinya. Menabung tidak memberikan jaminan jiwa. Contohnya saya hanya memiliki tabungan 50 juta, ketika meninggal, tabungan 50 juta itu harus saya gunakan untuk membayar semua keperluan utang dulu dan sisanya baru bisa digunakan oleh Ahli Waris. Sementara untuk asuransi, ahli waris akan menerima sejumlah uang pertanggungan atas kematian dari tulang punggung.

Lalu, bagaimana cara mengolah gaji untuk menabung jika harus bayar asuransi.

Berikut ini adalah tips agar Anda yang membantu keluarga sebagai tulang punggung masih dapat menabung:

1.Catat dan Kelola Anggaran

Setiap pengeluaran baik itu pribadi atau mereka yang telah berkeluarga, memiliki catatan pengeluaran dengan sangat detail setiap bulannya.

Dari skema pengeluaran itu dapat diidentifikasi apakah pengeluaran itu memang kebutuhan, keinginan dan banyak utang yang tidak seimbang dengan gaji yang didapatkan. Identifikasi ini dapat mengeliminasi keinginan yang tak dibutuhkan, atau membuat prioritas mana yang dibeli duluan.

Memang utang itu tidak selalu berkonotasi jelek. Misalnya utang produktif untuk membeli rumah dibandingkan harus mengontrak rumah.

2. Skema pengeluaran

Anda diharapkan punya skema ketat untuk semua pos pengeluaran. Ketika Anda terpaksa harus berutang, maka skema pengeluaran Anda harusnya sebagai berikut ini:

Utang 30%

Nabung 10%

Asuransi 10%

Konsumsi 50%

3. Disiplin Menabung

Utang tiap bulan harus dibayar, tidak boleh menunggak.

Jangan persepsikan menabung sebagai sisa gaji. Justru kebalikannya, menabung saat gajian.

Jika bulan ini Anda merasa pasti lebih banyak pengeluaran karena ada liburan anak dan sebagainya. Lalu berpola pikir bulan juni saya tidak menabung, nanti di bulan Juli saya akan menabung jadi double saja. 

Hal ini tidak dibenarkan karena belum tentu bulan Juli Anda bisa melakukan 20% untuk menabung. Disiplin dan konsisten jadi kunci utamanya.

4. Manfaat menabung

Tak ada hal yang sempurna dalam hidup. Meskipun kita sudah memiliki perencanaan keuangan yang baik, kadang-kadang meleset dari perencanaan. Tulang punggung kena PHK dan tidak bisa bayar asuransi dan tidak bisa menabung.

Di sini letak keuntungan punya tabungan, tabungan itu terpaksa digunakan untuk mencari pekerjaan dan mengkover kehidupan selama belum mendapatkan pekerjaan baru.

Yuk selalu ingat menabung adalah alat untuk menolong kita dalam hal emergency. Coba hilangkan atau hindari moto "paycheck to paychekc" artinya gaji numpang lewat saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun