Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Benarkah Melamar Pekerjaan di StartUp Menjanjikan untuk Masa Depan?

2 Juni 2022   18:24 Diperbarui: 3 Juni 2022   20:59 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cara yang mudah untuk berfokus pada masalah dari business model adalah melihat pada dua pertanyaan berikut ini:

  • Dapakah Anda memiliki cara mengukur untuk mendapatkan customer?
  • Jika dapat, Anda harus memonitasi kustomer ini ke tingkat yang lebih dibandingkan dari harga akusisinya?
  • TIdak solidnya Management Team

Problem utama dari penyebab gagalnya start up adalah tim manajemen yang lemah.  Tim managemen yang baik akan menghindari alasan-alasan seperti di atas. 

Manajemen yang lemah harus menghindari kesalahan berikut ini:

  • Mereka memiliki strategi yang lemah dalam pembuatan produk, tidak ada pembeli karena mereka gagal untuk memvalidasi ide sebelumnya dan selama proses development.
  •  Mereka tidak tidak punya kemampuan pada tahapan mengeksekusi  sehingga akan menimbulkan masalahmasalah dengna produk yang mereka buat tepat pada waktunya dan akhirnya gagal pada eksekusi market yang diimplementasikan
  • Mereka bekerja pada tim yang lemah.  Misalnya  pemimpin  A memperkejakan pegawai orang yang direkrut tapi levelnya sebagai pekerja, sementara pemimpin B dapat merekrut pekerja dengan tipe pemimpin .  Terjadi friksi antara pemimpin A dan  B . Merekatidak mau bekerja sama untuk menghasilkan produk.  Akhirnya, Perusahaan sangat lemah dalam eksekusi.
  • Kekurangan Dana

Alasan berikutnya adalah kegagalan start up kehabisan dana.  Pada tahap awal, dana yang dikucurkan oleh investor itu tidak dikelola dengan baik untuk pengembangan, tetapi justru digunakan untuk "burn out".    Artinya perusahaan dalam menjual produknya terlalu banyak berikan diskon, promo dan banting harga rendah dari kompetitornya.

Bubble burn atau "bakar uang" dengan system subsidi terus berlangsung walaupun mengurbankan kualitas barang dengan mengurangi cost of production, bahan baku dan lain-lainnya.

Seharusnya perusahaan harus mengejar tahap selanjutnya dengan pengembangan, sebelum dana habis.  Jika terus menerus melakukan bakar uang, maka sulit mendapatkan uang kembali dari investor, dan valuasi dari produk itu akan turun drastic.

  • Masalah dengan produk

Masalah utama dengan kegagalan adalah mereka gagal mengembangkan produk yang sesuai kebutuhan masyarakat. Hal ini terjadi karena eksekusi yang tergesa-gesa karena masalah strategi yang sebenarnya tidak sesuai produk dengan market.

Produk yang pertama dijual oleh starup tetap produk itu tak sesuai dengan kebutuhan market. Kemudian ada revisi atau perubahan sederhana sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan market.  Tetapi seringkali produk itu gagal total. Jika hal ini terjadi, indikasi yang jelas adalah tim yang bekerja tidak memvalidasi ide mereka dengan customer sebelum dan selama proses pengembangan produk

  • Memperkejakan pekerja yang tak kompeten

Perusahaan gagal mendapatkan tenaga kerja yang dapat mendukung mereka dan membuat pekerjaan mereka berhasil. Bahkan mereka juga gagal untuk mengenal network mereka sendiri. Talenta digital yang dibutuhkan tidak sesuai dengnan harapan dari perusahaan. 

Jadi bagi teman-teman milenial , generasi X, Y, Z yang mau bekerja di startup ,  analisalah perusahaan startup sebelum melamar.   Carilah star up mana yang memang kuat manajemen dan berkomitmen tinggi untuk mengetahui dunia start up dengan detail untuk kesuksesan dari perusahaan startup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun