Beberapa puluh tahun yang lalu hingga saat ini, jumlah pelamar PNS itu membludak begitu pendaftaran dibuka.Â
Hal ini dibuktikan begitu dibukanya pendaftaran calon PNS, ribuan orang langsung mendaftar. Padahal hanya 1/10 yang diterima.
Tahun 2021 menurut catatan Badan Kepegawaian Negara (BKN), total pelamar CPNS dan PPPK telah mencapai 4.0.30.134 pelamar. Padahal kebutuhan ASN 2021 sesuai dengan formasi terdiri dari CPNS 128.016 lowongan dan PPPK sebesar 548.717 lowongan, artinya hanya 15% dari seluruh pelamar yang akan diterima.
Setelah perjuangan mereka melamar dan akhirnya diterima dalam seleksi, ternyata ada sebagian besar dari pelamar itu yang merasa gaji kecil, motivasinya berkurang.Â
Pertanyaan besar yang sebenarnya masih perlu dijawab oleh para milenial yang mengundurkan diri itu apakah mereka tidak mencari informasi tentang gaji dan tunjangan seorang PNS dengan level yang dilamarnya?Â
Ada gap literasi dalam melamar pekerjaan. Lalu, terjadi pergeseran nilai tentang pekerjaan PNS setelah terjadinya disrupsi teknologi.Â
Milenial memiliki banyak pilihan untuk tidak menjadi PNS. Apabila gaji yang mereka terima dianggap tidak memadai, mereka akan mencari pekerjaan yang dianggapnya bisa mendapatkan gaji lebih besar. Pergeseran nilai bahwa PNS bukan suatu status yang dianggap "prioritas" tapi soal gaji yang menjadi prioritasnya. Â
Diharapkan tentunya dari para calon PNS yang mengundurkan diri juga punya sanggahan yang valid mengapa mereka tak mau memilih jadi PNS karena semuanya tentu berpulang dari motivasi dan keinginan dari pelamar.
Budget negara untuk PNS
Dalam APBN 2022 belanja pegawai tahun depan telah dialokasikan mencapai RP 400 triliun. Belanja ini terdiri dari gaji, tunjangan, kebutuhan utama birokrasi.
Jumlah PNS per 30 Juni 2021 adalah 4,08 juta orang. Terdiri dari 77%, 3,1 juta di instansi daerah dan sisanya di pusat.
Ada pegawai pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sebesar 49 ribu orang terdiri dari 95%, 47 ribu di daerah, sisanya di pusat.