Lalu masuk ke dalam dengan tempat yang besar dan luas. Â Di sebelah kiri di ujung jalan terlihatlah sebuah klenteng kokoh berwarna merah dengan patung Simbolik..
Di sini pengunjung bukan hanya umat Khong Hu Cu saja, Tetapi saya sebagai umat agama lain pun merasa sangat menyukai tempat budaya ini.
Di ruang paling depan terdapat  Dewi Welas Asih Koan Sie Impo Sat.  Dianggap dewi yang paling besar, patunya juga besar.  Terdapat tempat untuk bersembahyang bagi umat berupa tempat hio dan tempat lilin di atas meja.
Berpindah ke ruang sebelah sisi kiri dan kanan, terdapat dewa dan dewi yang dibuatkan patung sebagai symbol.   Umat boleh memilih secara pribadi tempat sembahyangnya.  Ada gambar=gambar naga yang memperebutkan matahari .  Mitologi Tionghoa jadi  kekuatan dan penjaga dari barang-barang yang ada dalam Klenteing ini.
Kota Tua Semarang
Perjumpaan saya dengan seseorang berasal dari Semarang di peron kereta api bebeerapa tahun yang lalu berdampak bagi saya.
"Mbak asalnya dari mana?" tanyanya.
" Saya dari Semaran", jawab saya.
" Â Loh saya juga dari Semarang. Â Sudah pernah kunjungi Semarang dengan kota Lama yang bersih, artisitik dan indah?", jelasnya.
Dampak percakapan itu terekam melekat di otak saya. Â Jadi begitu esoknya, saya pun datang berkunjung ke kota Lama. Masih dalam ingatan saya, kota Lama itu sangat kotor, kumuh dan tak menarik untuk dikunjungi.
Dulunya tempat itu adalah perdagangan di zaman Kolonial. Â Sayangnya,setelah itu tidak ada pelestarian dan pemugaran.
SPIEGEL