Suatu hari saya dapat WA dari teman dekat yang mengabarkan teman saya bahwa sepasang suami istri terpapar Covid 19.
Suami istri yang terpapar covid itu cukup serius, sakitnya karena keduanya memiliki komorbid.Â
Dalam dua minggu itu, kami selalu mendapatkan kabar yang membuat hati kami ikut deg-deg-an.
Kondisi kesehatannya naik turun, bahkan suaminya masuk ke ICU selang istrinya yang hanya sehari saja. Istrinya masih dapat diselamatkan sementara suaminya tak tertolong hingga meninggal dunia.
Sang istri ini kaget luar biasa, dalam kondisi masih di rumah sakit, dia ikut melihat kremasi suaminya tanpa bisa menghadirinya.
Dua minggu berselang, saya mendapat kabar lagi tentang teman saya yang suaminya baru meninggal.
Dia meminta bantuannya kepada orang terdekat untuk mendoakannya karena teman saya ini masih dalam kondisi 'duka mendalam'. Bahkan ia kebingungan untuk pelbagai masalah keuangan yang harus diselesaikan setelah kematian suaminya.
Istri ini tak pernah bekerja sama sekali, suami sebagai tulang punggung keluarga memang punya posisi yang baik.Â
Anak mereka hanya dua tetapi mereka harus mengadopsi anak adiknya yang sudah piatu, yaitu berjumlah tiga orang.
Kondisinya tentu sekarang sangat berbeda. Ketika suami masih ada, istri tak pernah memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan keuangan keluarga karena semua sudah tercukupi oleh suami.