Beban berat bagi istri untuk masa depannya bersama anaknya apabila suami tak punya asuransi jiwa.
Asuransi jiwa jadi mandatori yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan keluarga. Utamanya untuk mereka yang jadi tulang punggung keluarga.
Apabila ada asuransi, ada uang yang jadi hak istri dan anak untuk bisa dimanfaatkan selama istri belum bisa bekerja secara penuh karena ada bayi yang diurusnya.
Asuransi Jiwa ini jadi penting untuk menanggung risiko terhadap 'bencana' yang tidak terelakkan, seperti halnya kematian.Â
Jangan diabaikan, karena pengalaman mengajarkan jika abai risiko sangat besar.
4. Menyusun Prioritas Jangka Pendek dan Panjang
Setiap keluarga punya kebutuhan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Contohnya untuk jangka pendek, selain pengeluaran rutin, termasuk tagihan listrik, air, keperluan internet.
Untuk jangka menengah diperlukan biaya dana pendidikan. Sedangkan, untuk jangka panjang diperlukan dana pensiun dan pembelian rumah.
Semua kebutuhan itu disusun dengan skala prioritas. Jangan sampai keperluan jangka pendek itu dipotong oleh keinginan yang tidak masuk dalam anggaran. Misalnya tiba-tiba ingin beli handphone baru karena tidak mau ketinggalan.
Apabila kita sudah menganggarkan semua kebutuhan sesuai prioritas, ternyata ada kegagalan untuk melanjutkan perencanaan karena 'tulang punggung keluarga' sudah tiada, perlu adanya revisi atau restrukturasi anggaran sesuai dengan apa yang dimiliki saat itu.
5. Aset aktif dan Aset Pasif
Melakukan investasi untuk aset pasif adalah hal yang mutlak dibutuhkan. Keluarga harus mengembangkan asetnya dengan investasi.Â