Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Terjebak Kerja di Lingkungan Toxic? Inilah Tips untuk Hindari

23 Mei 2021   14:51 Diperbarui: 23 Mei 2021   14:57 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika memasuki dunia kerja, bagi mereka terutama yang masih fresh graduate, pasti harapan besar muncul .  Apalagi jika perusahaan tempat kerjanya, perusahaan besar dengan brand yang terkenal. 

Mimpi besar dari  karyawan baru , bekera  di perusahaan besar pasti akan punya karir yang mantap, bekerja dengan gaji besar.

Mereka lupa bahwa ada hal terpenting dalam dunia kerja yaitu lingkungan kerja. Khususnya lingkungan kerja itu tak selalu bersih dari toxic.   

Dunia kerja tak mengenal perusahaan besar atau kecil, relasi toxic sudah merambah di sana.  

Apakah  Anda pernah mengalami lingkungan kerja toxic?

Saya sendiri karena sudah lama meninggalkan dunia kerja, jadi tidak terupdate dengan lingkungan toxic  yang benar-benar terjadi di dunia kerja.  Saya hanya pernah  rekan kerja toxic yang tak suka menyelesaikan pekerjaan dan suka bolos.  Berhubung kerja kami adalah tim, maka jika dia bolos , semua pekerjaan harus dilakukan oleh kami atau  orang yang back-up.  Ketika kami membongkar  apa yang telah dikerjakannya, ternyata masih kosong alias tidak ada. Jadi kami atau orang yang back-up itu harus mengerjakan semua dari nol hingga selesai.

Tapi saya sudah survei dengan beberapa teman yang masih bekerja , juga dengan para milenial yang sedang menekuni dunia kerja, ternyata relasi toxic  itu berada di lingkungan kerja tempat mereka kerja.

Salah satu contoh yang menjadi momok adalah mereka harus menghadapi orang yang suka bergosip ria. Misalnya si A itu senang menggunjingkankan temannya yang baru saja dapat promosi,  mengatakan "Ach, ngga tepat sekali dia dipromosikan padahal dia orangnya ngga bisa bekerja. Apa dasarnya dia dipromosi? Pasti si A tukang "pellet" bos/atasan", katanya.

Lalu si A mengajak teman-temannya segrup untuk menjauhi atau bahkan membenci orang yang baru saja dipromosikan. 

Tanpa terduga ketika teman yang baru saja dapat promosi dan jadi atasan mereka, memberikan instruksi pekerjaan.  Ternyata pekerjaan itu tidak dikerjakan oleh A dan grupnya. Mereka merasa iri dan tidak suka dengan atasannya yang baru dipromosikan.

Ada cerita lain yang cukup membuat kita prihatin dengan suasana toxic  di kantor. Seorang anak yang cukup punya pengalaman kerja, baru saja  "join" di perusahaan baru.  Dia berpikir dia akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan passionnya.

Sayangnya, ketika atasannya  memberikan instruksi pekerjaan  proyek yang baru.   Saat pekerjaan diberikan oleh atasan,  para junior bawahan ini sudah mengajukan counter proposal atas  pekerjaan dari atasan  yang dianggap kurang feasible.

Namun, atasan menolak untuk merubah instruksinya. Lalu, ketika sedang  dikerjakan oleh beberapa bawahan, ada suatu masalah dalam proses pengerjaan, bawahan menanyakan solusi kepada atasannya. Ternyata atasan itu tak bisa menjawab , justru jawabannya mengalihkan bahwa dia tak bisa menolong karena dia sedang dapat pekerjaan lain untuk proyek di team B.  Ketika semua anak buah menanyakan kepada team B, apakah benar atasannya ini benar-benar menangani suatu proyek, ternyata tidak.

Mengapa ada lingkungan toxic di kantor?

1.Kompetensi

Kompetensi jadi masalah dari suatu kondisi toksik di kantor itu . Tiap kali atasan ini diperintah oleh CEO Perusahaan, dia langsung lempar kepada anak buah.   Anak buah tentunya berpikir kritis agar dibuat "brainstorm dulu sebelum melempar pekerjaan, apa saja yang perlu ditelaah dan bagaimana proses serta apa saja yang ingin dicapai dari suatu proyek baru.

2.Iri hati

Hati yang dengki, iri dan marah terhadap orang lain merupakan karakter yang tidak baik dalam sebuah lingkungan pekerjaan.  Hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam lingkungan kerja. Setiap orang berhak bekerja dengan nyaman dan aman.

3. Prinsip visi dan misi perusahaan yang tidak  jelas

Ketika Anda masuk dalam suatu pekerjaan, pasti ada misi dan visi perusahaan. Semuanya juga dituangkan dalam praktek sehari-hari di pekerjaan, moralitas dan karakter kerja dimulai dari pimpinann hingga bawahan harus menjunjung tinggi  apa yang sudah digariskan oleh perusahaan untuk bersikap bersih, tidak saling "menjegal" , tidak saling membawa masalah pribadi ke dalam lingkungan pekerjaan.

Lalu, bagaimana caranya mengetahui apakah sebuah perusahaan itu punya lingkungan toxic atau bersih?

Beban kerja yang berlebihan:

Dtemukan bahwa ada perusahaan yang memberikan ketentuan kepada karyawan agar dapat mengerjakan pekerjaan yang  tidak ada kaitannya dengan job-desk yang ditetapkan dari awal. 

Bahkan pekerjaan yang ditambahkan itu tidak diberikan kompensasi apa-apa, justru karena karyawan dianggap dapat bekerja lebih optimal maka dia berikan tambahan-tambahan kerja di luar jam kerja.

Akibatnya orang itu akan merasa stres dan akhirnya merasa "fatigue" atau kelelahan untuk mencapai target tugasnya.

Bekerja lebih dari 8 jam sehari

Meskipun karyawan sekarang ini banyak yang harus bekerja di rumah, tapi tidak berarti bahwa memberikan deadline pekerjaan yang sangat super ketat.  Hal ini akan membuat karyawan terpaksa menyelesaikan pekerjaan di luar jam kerja demi tercapainya atau terselesaikan pekerjaan.

Jika hal ini berlangsung lama, pekerja itu akan depresi dan tidak mampu berkreativitas atau efek jangka Panjang akan menimbulkan penyakit psikis

Menurut Mendey, seorang psikolog,  "Jika orang tidak diberikan kesempatan untuk istirahat, maka pekerja itu tidak akan mampu bekerja secara maksimal, mendapatkan ide baru, kemampuan untuk menyelesaikan masalah".

Ada penindasan dan pelecehan

Atasan yang tidak punya moral dan etika bisa saja menyuruh bawahannya untuk mengerjakan sesuatu dengan cara gertak dan lecehan kata-kata yang tidak pada tempatnya.

Penindasan lain mungkin berupa ancaman, jika tidak dikerjakan, akan dipecat.  Juga mungkin atasan yang suka sekali untuk melecehkan perempuan dengan mudah dibawa atau diajak ke mana saja .

Hal-hal yang demikian itu tentunya tidak nyaman bagi karyawan/karyawati untuk bekerja di suatu perusahaan yang  tidak memberikan suasana damai dan penghormatan kepada siapa pun

Menjadi sasaran kritik

Adakalanya pekerja sudah mengerjakan tugasnya dengan sangat baik sesuai dengan kompetensinya. Namun, hasil pekerjaan dianggap tidak memadai atau tidak sesuai denganapa yang diharapkan. Lalu, dia dikritik bahkan dimarahi habis-habisan oleh atasan.

Tentunya hal itu tak bisa dibiarkan begitu saja.  Kita sebagai karyawan tentunya tidak ingin melawan tapi tetap  harus  mengetahui etika dimana dia punya tempat untuk mengadu atau memberikan klarifikasi apa yang dikritiknya.

Apabila kita menemukan tanda-tanda kantor yang toksik, lebih baik Anda pikirkan 100 kali untuk "join" di dalamnya.    Suasana toksik itu tidak membangun dan mengembangkan diri kita tapi justru memperburuk pengembangan kepribadian dan pekerjaan kita. Hindarilah dan carilah suasana kantor yang tidak toksik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun