Merindu karena tak mampu bertemu secara langsung, membuat orang mencari sesuatu pengganti bagi dirinya.. Lewat bingkisan Hamper jadi penghangat dan kenangan. Bertemulah antara pencari hamper dengan penjualnya.
Sebelum terjadi pandemi, tren hamper yang diperjual belikan itu umumnya sekedar  untuk hantaran  para relasi kantor saja.  Umumnya kantor mengirimkan kepada para nasabah perusahaan  maupun untuk relasi kantor seperti relasi supplier dengan  langganannya.Â
Kita bisa menemukan hamper di toko-toko supermarket, tinggal beli dan bayar.  Dulu semuanya tak ada sentuhan batin dan hati dalam hamper. Namun, sekarang ini justru berbeda sekali,  ada kedekatan  hati dan  rindu untuk bertemu dari pengirimnya yang dipresentasikan dalam bentuk hamper.
Nach,  pada hari Lebaran, setiap keluarga punya kebiasaan untuk saling berkunjung setelah salat Ied selesai. Tetapi kunjung berkunjung itu tak dimungkinkan lagi saat pandemi karena  biasanya orang yang akan berkunjung itu membawa sekeluarga, suami, anak-anak. Jadi jumlah orang yang berkunjung bukan satu-dua orang saja,t api banyak.  Hal ini dilarang berkumpul dalam jumlah banyak.  Pandemi belum berakhir.  Larangan itu membuat orang jadi rindu untuk ketemu tapi tak bisa.Â
Fenomena yang sangat menguntungkan ditangkap oleh para penjual hamper Idul Fitri disambut gembira.  Mereka tidak  menyangka bahwa sambutan warga yang ingin saling mengirimkan hamper itu merupakan tambahan keuntungan.
Inspirasi datang dari Cassanda, seorang ibu muda. Dulu waktu masih kecil dia suka makan bakso kampung di sekolah. Namun, seiring ketika dia besar, ibunya melarang untuk makan bakso kampung karena dianggap tidak higenis.
Untuk menampung kangen makanan bakso, dia sering membuat sendiri bakso itu.  Nach ketika dia tawarkan kepada teman-temannya, ternyata bakso buatannya  yang disertai dengan bumbu dan sayur-sayuran, tinggal "cemplung" (masukkan ke dandang}.  Dandang itu digunakan sebagai pembungkus hamper.
Selain bakso kampung ada pilihan lainnya yaitu soto mi bogor yang dijual beserta dandangnya. Â Hal yang kecil itu ternyata dianggap bermakna
Para pengusaha hamper itu memang berasal dari usaha rumahan.  Namun, mereka mampu mengemas  hidangan atau jualannya seperti  makanan matang,  grazing fruit, marmer cake, pudding .  Kemasan dan kisah jadi pilihan dari pelanggan.
Belum lagi mereka yang kangen dengan makanan dari Trubus Jogya, pasti makanan ini(sekarang sudah ada di Jakarta) Â bukan sekedar untuk kangen saja tapi ingat memory masa lalu di Jogya.
Bahkan cerita tentang bakso pun bisa dimaknai dengan suatu hobi makan yang  bisa jadi peluang bisnis jika ditekuni dengan baik dan kualitas tetap dijaga terus.
Promosi
Promosi hamper itu biasanya dilakukan melalui media social seperti Instagram dan facebook. Ada yang sudah mempromosikan sejak bulan April dengan membuka PO untuk bulan Mei.
Dari mulut ke mulut di whatsapplication juga bagian dari promosi yang gencar dilakukan.
Bagi saya yang juga hanya pembeli, selalu mendengarkan testimoni dari mereka yang sudah pernah beli dan orang ini benar-benar tidak bohong dalam testiomoninya.
Seru yach ternyata hamper bisa jadi pengganti dari kehadiran kita apabila kita tidak bisa datang  di hari Raya Idul Fitri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H