Hampir 6 bulan kita terus hidup berjuang bersama dengan Covid-19.  Saya bukan professional yang  bergelut dalam dunia medis atau kesehatan.  Pengamatan sebagai seorang awam yang melihat pasien-pasien yang terpapar covid-19.
Gejala awal yang mereka tunjukkan tentunya terlihat sesak nafas dan kelelahan. Â Virus Covid ini menyerang ke paru-paru dan kekebalan tubuh. Namun, efek dari serangan virus covid-19 Â dari seorang kepada orang lain sangat berbeda. Â Efek beda dan juga gejalanya. Â
Jelasnya virus itu datang melalui sel hidung, mata dan tenggorakan. Â Ketika menempel mata, hidung dan tenggorokan dan pembuluh halus paru-paru. Â Jika sudah sampai di paru-paru dan dalam jumlah yang sangat banyak, virus covid akan mereplikasi dalam jumlah yang besar sehingga mengganggu saluran pernafasan dan sesak nafas.
Covid 19 bukan hanya menyerang paru-paru saja, tapi bisa juga sampai merusak imunitas tubuh, membuat seseorang yang punya sakit bawaan terkena stroke atau jantung.
Orang yang terlihat gejala sesak nafas dan lelah itu merupakan salah satu dari tanda-tanda terpapar covid. Â Untuk itu orang tersebut harus dicheck atau ditest dengan rapid test . Jika hasil rapid test menunjukkan reaktif maka dia harus menjalani Swab test. Â
Apabila hasil swab test menunjukkan positif, maka dia harus dirawat di rumah sakit atau di rumah  untuk karantina mandiri. Mereka harus melalui proses perawatan dan penyembuhan selama hampir 14 hari.  Setelah  14 hari, mereka dites dua kali dengan swab test dan hasilnya dinyatakan negative, barulah mereka dianggap sembuh.
Namun, di hari-hari belakangan ini saya sungguh kaget ketika mendengar baik dari berita maupun dari keluarga teman. Â Pasien-pasien itu tidak ada gejala apa, atau tidak menderita apa-apa , bahkan tidak punya penyakit bawaan ternyata besoknya sudah meninggal dunia. Â Hal ini terjadi dua orang di Banyumas dan 1 orang dari saudara teman saya.
Menurut dunia kedokteran meninggalnya pasien-pasien itu disebabkan oleh  "Happy Hypoxia" Saya bukan dokter atau tenaga medis yang akan cerita detail tentang Happy Hypoxia.  Tapi saya sangat trenyuh ketika melihat di media beberapa orang yang meninggal tanpa ada gejala.
Menurut Dokter Spesialis paru , Dr. Agus Dwi Susanto: Â "Happy Hypoxia adalah kondisi seseorang dengan kadar oksigen renda dalam tubuh. Normalnya, kadar oksigen dalam tubuh seseorang adalah di atas 94%".
Penyebabnya adalah peradangan paru-paru atau pneumonia yang membuat perputaran oksigen terganggu.
Ngeri rasanya mengapa virus ini semakin ganas atau justru ada hal baru yang menyerang tubuh kita?
Ada tiga orang di Banyumas yang tanpa gejala sama sekali, lalu, besoknya, sudah meninggal dunia .
Tentu saya tidak bisa menjawab secara details dan science tentang Happy Hypoxia karena saya bukan seorang tenaga  medis.
Perbedaan antara kondisi wajar vs Happy Hypoxia:
Saat kondisi wajar, otak memerintahkan tubuh mengambil oksigen dengan bernafas cepat. Â Tapi ketika kurangnya oksigen dalam darah tiba-tiba turun, Â terjadi inflamasi pada pasien. Â Akibat inflamasi ini menghambat sinyal tubuh ke otak mengambil oksigen lebih banyak . Pasien jadi sesak nafas.
Bahaya Happy Hypoxia:
Orang yang terpapar Covid19 tanpa gejala itu  kadar oksigen dalam darah turun jadi 50% (normalnya 92%).  Tidak ada gejala sesak nafas tapi organ vital tubuh sangat kekurangan oksigen.  Akibatnya kinerja organ vital terutama paru-paru jadi memburuk .  Pasien pun jatuh pingsan, dan hal ini dapat akibatkan atau berujung kepada kematian.
Cara Mencegahnya:
- Protokol Kesehatan Ketat:Â Selalu menggunakan masker, jaga jarak dan cuci tangan. Â Dan tidak berkumpul dalam kerumunan orang banyak. Â Akhir-akhir ini, klaster keluarga pun sudah ada. Jadi kita tidak bisa mengganggap remeh jika keluarga kita bukan orang OTG. Â Apabila kita lengah, dan tidak lakukan pencegahan, maka kita mudah terpapar.
- Pastikan Tidak Terjangkit:Â Â Melakukan Rapid dan Swab tests, juga memiliki alat yang disebut dengan Oxymeter untuk memonitor berapa kadar oxygen dalam darah kita, apakah masih normal atau dibawah normal.
- Cek Paru-paru:Â Jika ada rasa sesak dan pneumonia, segera memeriksakan rontgen paru-paru , seberapa parah kerusakan paru-paru akibat covid yang menyerang paru-paru kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI