Sebenarnya hanya diperlukan satu kartu ATM dari sebuah bank, jika punya dua ATM dari dua bank, sisihkan yang satu di rumah saja. Â KTP tentu harus dan wajib dibawa. Â Kartu kredit sebaiknya ditinggal di rumah , apabila memang berencana untuk membeli barang yang perlu kartu kredit barulah dibawa. Â
Kartu transportasi yang masih cukup bervariasi dan beragam terpaksa harus dibawa karena diperlukan sekali.  Diharapkan pemerintah terutama DKI yang telah berhasil mengintegrasi transportasi KRL dengan transportasi lainnya seperti bus, taxi  dan online , juga akan mengintegrasikan pembayaran dengan hanya satu kartu saja.
Masalah banyak kartu:
Suami saya pernah ketinggalan dompetnya ketika tidak menyadari dompetnya jatuh. Â Beruntung hal itu terjadi di negara tetangga. Â Begitu melapor kepada polisi, dompet dan beserta isinya masih utuh tanpa diambil oleh orang yang menemukannya.
Tidak bisa membayangkan apabila dompet yang banyak kartunya dicuri orang (terjadi dengan teman saya). Teman saya yang seharusnya harus pergi ke kantor, terpaksa pagi-pagi harus menelpon dan mendatangani semua bank dari kartu-kartu yang dimilikinya untuk memblokirnya. Â Alangkah repotnya sampai dia sendiri merasa tidak nyaman untuk membawa banyak kartu setelah peristiwa itu.
Banyak kartu bukan "bonafid"
Seorang teman yang punya gaya hidup "urban" dan  lifestyle jetset, ingin memamerkan identitas dengan kartu-kartu kredit yang dimilikinya.  Ketika membayar makan-makan bersama temannya, dia selalu menyodorkan kartu kredit kategori papan atas. Â
Namun, apa yang terjadi , ketika akhir bulan dan tagihan datang, dia sendiri bingung, mengapa jumlah tagihan kartu-kartunya membengkak. Â Dia tak pernah melakukan rekonsiliasi atas pengeluaran yang tak disadarinya menggunakan berbagai macam kartu. Â Setelah itu dia pun mulai menyadari cukup punya satu kartu dan selalu tertib untuk melakukan rekonsiliasi setiap kali bertransaksi.
Dengan adanya elektronik banking yang mempermudah pembayaran, kita pun tidak perlu bawa kartu sedemikian banyaknya. Â Selain mengurangi risiko, juga mengurangi pekerjaan untuk reskonsilitasi dari semua transaksi yang dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H