Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik Perayaan Pe Cun dan Festival Perahu Naga, Bakcang Kaya Makna dan Filosofi

25 Juni 2020   16:24 Diperbarui: 25 Juni 2020   21:31 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bakcang merupakan makanan special, tradisional Tiongkok memiliki filosofi dan kekayaan histori/legenda yang tak pernah lekang ditelan zaman.

Apakah Anda pernah mendengar nama makanan ini? Namanya mudah dilafalkan, bakcang. Bakcang  ini berasal dari Tiongkok. 

Bakcang terbuat dari nasi atau ketan diisi dengan daging yang diiris kecil-kecil. Dibungkus dengan daun bambu. 

Cara membungkus tidak boleh sembarangan. Tetapi harus mematuhi peraturan dengan mengikuti kaidahnya yaitu ada empat kerucut. Setelah dibungkus, dikukus selama hampir empat jam.

Keempat kerucut melambangkan empat kata Qu-Yuan-Setia-Percaya. Bacang adalah lambing penghormatan karakater terpercaya. Filosofi bakcaang adalah ungkapan utuhnya percaya dan setia.

Implementasi keempat sudut itu juga dalam hidup kita sehari-hari dapat diartikan:

  • Suami istri harus saling mencintai, bertengkar tetapi kembali berdamai dan punya dasar kesetiaan dan kepercayaan.
  • Bersyukur dalam melakoni hidup. Bersyukur tanpa harus melihat kelebihan orang lain, bersyukur dengan apa yang dimiliki bukan yang tidak dimiliki, bersyukur berkah sekecil apa pun.
  • Kepercayaan yang mendatangkan rezeki dan tidak bertindak serakah.
  • Karier meningkat karena kesetiaan kepada profesi.

Selain sarat dengan filosofi dan makna, ternyata makan bakcang itu punya nilai histori yang dalam sekali.

Di Tiongkok punya hari besar yang diperingati meriah, yaitu hari raya Imlek, hari Tiong Jiu (kue bulan dan Pecun). Pecun ini dirayakan pada bulan Juni dengan bakcang dan mendirikan telur, dan mengadakan lomba perahu naga  juga mandi di tengah hari.

Pecun itu berasal dari Bahasa Hokkian berarti mendayung. 

Historis dan legenda yang dipercayai, seorang sarjana bernama Qu Yuan dan jadi menteri yang sangat disayangi oleh masyarakat  pada zaman Dinasti Zhou (475 SM -221 SM).

Qu Yuan pandai bekerja sama secara diplomatik  dengan kerajaan lain melawan  agresi negara Qin.

Suatu hari ia difitnah dan dibuang ke pengasingan oleh menteri korup. Agar dapat meyakinkan raja  agar percaya tuduhan palsu yang menimpa Qu Yuan.Yuan sangat sedih dan menyerbu Ying Ibukota Chu dan menulis puisi Ratapan untuk Ying. Lalu ia menenggalam diri di sungai Miluo

Ritual bunuh diri untuk memprotes korupsi yang menyebabkan jatuhnya negara Chu.

Penduduk desa pun segera mencari dan mencoba menemukan mayat Yuan dengan perahu di sungai. Mereka berpikir agar mayat Yuan tidak dimakan oleh ikan-ikan, dilemperkanlah nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai tidak menganggu jenazah sang menteri. Mereka membungkus dengan daun-daunan yang sekarang kita kenal dengan nama bakcang.

Nelayan-nelayan yang naik perahu ke penjuru sungai itu akhirnya menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu naga setiap tahun.

Pada hari Pe Cun itulah banyak orang mandi ditengah hari yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit bila mandiri dengan air tersebut, diminum setelah dimasak.

Telur dapat berdiri pada hari Peh Cun. Sumber: Dokpri
Telur dapat berdiri pada hari Peh Cun. Sumber: Dokpri
Ada keunikan acara yang lainnya yaitu Telur Berdiri, disebut dengan Twan Yang berarti lurus atau pusat. Hari raya Peh Cun adalah hari dimana matahari memancar secara lurus jadi cahayanya paling terang. Pada jam 11.00 -13.00 tepat tengah hari,apabila kita mampu mendirikan telur di atas meja maupun batu rata tanpa pecah. Telur itu harus berada di bawah sorotan sinar matahari yang panas.

Itulah makna, filosofi serba serbi dari perayaan Dragon Boat Festival dan Pe Cun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun