Ketika saya masih bekerja, Â ada kenangan indah, lucu bahkan tak pernah terlupakan hingga sekarang.
Di tempat saya bekerja itu terdapat hampir 13 orang anak yang masih muda-muda.  Begitu Ramadan tiba, di minggu  pertama di grup kami belum heboh karena masing-masing masih berbuka puasa di rumah.
Namun, jelang minggu kedua puasa,  kami sudah mulai heboh untuk berbuka puasa bersama.  Sebelum kami mengundang acara  buka puasa dengan nasabah, lebih baik buka puasa dengan group dulu.
Nach, di group yang cukup besar anggotanya ini,  kami selalu menggunakan sms karena saat itu masih belum ada whatsapplication.
Biasanya salah seorang dari kami sebagai koordinator bertugas untuk memesan tempat dimana kami akan buka puasa.  Dia harus booking tempat  sehari sebelumnya karena hampir semua tempat makan  tidak ada tempat alias penuh jika booking mendadak.
Setelah booking, dia akan "broadcast" , pengumuman  ke email internal group.  Pemberitahuan nama  dan alamat lengkap restonya.
Suatu kali ketika kami semua sudah janjian mau buka puasa di Satay House Senayan Menteng.  Teman-teman sudah setuju semua termasuk atasan kami.  Di hari H yang telah ditentukan, siangnya, atasan kami mengatakan bahwa dia harus segera pulang, dia minta agar buka puasa  bisa dipindahkan ke Satay House yang menuju ke arah pulang rumahnya, yaitu di Jl. Pakubuwono.
Nach, acara pindah dadakan itu ternyata baru diketahui siang hari.  Sementara teman kami, sang koordinator  lupa kirim email saking sibuknya sampai sore, dia hanya teriak-teriak saja kepada teman-teman bahwa restonya tetap sama tapi pindah cabangnya, bukan di Menteng yach guys, tapi di Jl.Pakubowono.
Namun, ada seorang teman kami  , Dani (nama samaran) yang saat itu sedang ke luar kantor, dan tidak mengetahui perubahan tempat itu sampai dia pulang kantor.
Teman-temannya mencarinya, coba menelpon tidak bisa. Â Bahkan, dia tidak ditemukan di tempat persembunyiannya (kadang-kadang merokok) pun tidak ketemu. Yach, akhirnya, sang koordinator hanya kirim sms kepada Dani.
Lalu, jam 17.30 setelah jam kantor usai, kami semua sudah ramai-ramai berangkat bersamaan menuju ke resto yang dituju.
Begitu sampai kami pun di tempat tujuan  teman-teman yang mau salat magrib, langsung melakukannya. Jadi begitu jam bedug tiba, kami semua sudah duduk manis di meja makan.Â
Setelah hampir 15 menit kami semua makan, barulah kami sadar bahwa Dani belum datang. Â Â Lalu salah seorang dari kami menelponnya.
Pembicaraannya sungguh menggelikan hati kami: "Loh, katanya di Menteng, kok tiba-tiba di Pakubuwono?"
Teman: Â "Kamu sudah dicari di seluruh dunia, ngga ketemu. Â Di sms kamu ngga baca yach!"
Dani: Â "Wah, kok di sms, ditelpon dong ! Â Buset gimana nich aku ke sana kalian sudah bubar yach?"
Teman: Â "Ditunggu dech, tapi ngga janji yach sudah bubar apa ngga!"
Lalu hampir sejam kemudian muncullah Dani, kita sekalian sudah beres-beres hampir pulang. Â Tapi melihat muka Dani yang kusut dan kesal , Â seorang teman bilang, Â "ech kamu sudah dipesenin makanan tuch. Â Tapi makan sendirian yach, kami hanya bisa nunggu sebentar aja!"
Dia meringis kesal dan tertawa..: "Kok katanya buka bersama, ini mah buka sendirian!"
Selanjutnya dia mengatakan "Wah tadinya kupikir kalian mau mempermainkan aku.  Diberi alamat yang salah biar aku ngga bisa ikutan".
Setelah pengakuannya, kami semua tertawa terbahak-bahak.  "Dani, kamu jangan buat dosa yach di bulan puasa.  Ini khan atas permintaan bos, kamu udah dicariin semua orang tapi ngga ketemu!"
Akhirnya, kami salaman dengan Dani. Â Ketawa dan minta maaf, membuat buka puasa itu seru amat. Biar sendirian, tapi makannya tetap lahap. Â Antara marah, kesal, lalu berganti tertawa memang itulah cerita tentang Dani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H