Begitu Bapak Jokowi memerintahkan agar masyarakat  Bekerja, Belajar dan Beribadah di rumah, maka respon orang pun berbeda-beda.  Pengaruh dari himbauan "physical distance" ini dimaknai oleh sejumlah orang dengan melihat realitas hidup yang sangat sulit sekali ketika berada di rumah.Â
Ketika semua kegiatan berpusat  di rumah,  bagi pekerja informal hal  itu adalah yang paling sulit dan rentan terimbas  pandemi Covid-19. Pendapatan terjun bebas, terutama mereka yang jadi pedagang kecil berjualan makanan, tukang ojek online, pedagang-pedagang di Tanah Abang yang harus menutup lapaknya demi "physical distance".
Ketika saya harus ke dokter di suatu rumah sakit, supir dari pengemudi mobil online, itu memulai percakapan dengan keluh kesah tentang sulitnya pesanan selama dua pekan ini. Â Panggilan atau pesanan menurun drastis, sedangkan ia harus menghidupi anak-anaknya ditambah dengan cicilan mobil yang tiap bulan harus dibayarnya.
Keluh kesah ini tentunya tidak berarti jika kita semua hanya berpangku tangan, tidak ada bela rasa dari sekian pelanggan atau orang yang mau bersedia berbagi .  Berbagi kepada orang lain walaupun dia sendiri dalam kondisi sulit atau pada titik nadir. Teringat seorang bernama Bambang Erbata Kalingga. Dia seorang buka usaha membuat produk pendukung bermacam-macam industri.  Ketika dia melihat ada wabah Covid-19 merebak, tanpa diminta oleh siapa pun, dia buatkan wastafel berbiaya Rp.1,25 dari koceknya sendiri.  Padahal, pekerjaan sedang turun drastis dan dia harus bayar hutang , iuran listrik dan lain-lainnya.  Kesigapan dan hati yang empati dari Bambang itu membuat namanya dikenal dan akhirnya dia mendapatkan  25 pesanan wastafel dari pelbagai propinsi.
- Sehati Menangkal Pandemi
Pandemi Covid-19 tidak dapat diatasi oleh Pemerintah atau pejabat Kementrian Kesehatan saja.  Ada orang-orang atau institusi  yang harus mau menyingsingkan baju untuk bekerja sama , bersatu padu menangkal dan melawan Covid-19.
Pemerintah akan membuat langkah-langkah kebijakan dalam Covid 19 dengan keuangan negara untuk mengatasi dampak sosial dari physical distance yang diterapkan.Â
Alokasi dana dari APBN khusus untuk menangani Covid-19 dianggarkan sebesar Rp.75 triliun untuk asuransi dokter, perawat, tenaga medis dan Alat Pelindung diri (APD).
Juga ada paket perlindungan sosial berupa stimulus Social Safety Net (SSN) berupa tariff listrik gratis untuk 24 juta rakyat miskin pengguna listrik 400VA selama tiga bulan.
Bansos yang merupakan program SSN menyasar kepada keluarga miskin PKH (Program Keluarga Harapan) dengan dinaikan jumlah jadi 20 juta dari 15 juta dan pemberiannya dari Rp.150.000 jadi Rp.200.000
Recovery Bond atau surat utang pemerintah dalam bentuk rupiah dibeli oleh Bank Indonesia dan investor baik swasta maupun BUMN di pasar primer.Â