Seolah melepaskan anak burung di tengah kota adalah sebuah peringatan keras bagi pelepasnya bahwa kita membawa anak burung ini kepada kematian .
Ketika kematian anak burung itu tiba, bagaimana kita bisa berharap besar dengan keberlanjutan dari kehidupan anak burung. Apalagi tradisi ini dilakukan berulang kali setiap tahun.Â
Ekologi mengajarkan dan menyadarkan kepada kita bahwa anak burung  itu menggunakan pohon sebagai tempat berlindungnya.
Saat tak ada lagi burung yang datang berlidung di pohon, artinya pohon itu lambat laun pun akan mati karena hama yang dideritanya.
Hilangnya populasi burung pipit merugikan pohon dan pohon mati menimbulkan kerusakan alam.
Akhirnya, hanya satu hal yang dapat jadi bencana bagi manusia yaitu kepunahan ekologi dan rusaknya alam, Â penderitaan manusia pun akan bertambah lagi.
Mari kita gunakan akal sehat untuk mengganti tradisi pelepasan burung itu dengan hal yang lebih bermanfaat bagi kepentingan warga yang kekurangan seperti berikut ini:
- Memberikan dana untuk dibelikan nasi bungkus dan dibagikan kepada mereka yang miskin dan kekurangan gizi.
- Menyumbang rumah jompo, baik berupa uang tunai atau barang-barang keperluan mereka sehari-hari seperti beras, minyak goreng, susu bubuk, ovaltine, pampers, baju tidur, sandal, dan lain-lainnya.
- Menyumbang panti asuhan dengan segala kebutuhannya yang begitu besar baik dana tunai maupun kebutuhan sehari-hari seperti beras, susu,Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H