Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Natalku Terinspirasi oleh Santa Klaus yang Hidup Nyata

24 Desember 2019   13:15 Diperbarui: 24 Desember 2019   13:41 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi keluarga kecil saya, tak ada asesori hiasan pohon Natal maupun makanan special untuk menyambut Natal.

Bagi kami, makna Natal bukan sekedar tradisi ceremony yang diulang-ulang atau dimaknai sekedar dari apa yang terlihat indah dari luar. Natal bukan gemerlapnya hiasan pohon Natal dengan pelbagai asesorinya, dilanjutkan dengan makan-makan di restoran besar dengan menu yang sangat enak luar biasa.

Kami mulai membiasakan untuk mengubah makna Natal sejak kami mengetahui dan memahami bahwa Natal itu adalah menyambut Tuhan Yesus yang mau datang ke dunia untuk kasihNya, mati dan disalibkan kepada manusia.

Bukan sekedar filosofi  dari Natal saja, tetapi ada cerita nyata dibalik "Santa Claus" yang sering diidentikan sebagai orangtua yang berpakaian merah dan putih, janggut putih, lalu membagikan kado-kado kepada mereka, khususnya anak-anak yang dianggap patuh, baik, dan ada yang mendapatkan hadiah sesuai dengan keinginannya. Biasanya hadiah Natal ini berasal dari orangtua yang mengetahui hadiah apa yang diinginkan oleh anaknya dan menilai selama ini anaknya sudah berkelakuan baik dan mematuhi orangtuanya.

Cerita itu  dari seorang anak, Santa Nicholas seorang anak yatim piatu. Ayah dan ibunya telah meninggal dunia saat masih muda. Orangtuanya tinggal di daerah Myra negara Turki. Ayah ibunya meninggalkan banyak uang untuk dirinya .

Di  kota itu tinggallah sebuah keluarga yang sangat miskin, ayah,ibu dan tiga anak perempuannya. Tidak ada uang untuk membeli makanan atau membeli pakaian. Satu-satunya jalan untuk membayar utangnya adalah dengan cara menjual satu persatu anak perempuannya.

Ketika anak perempuan pertama akan dijual, di malam sebelum terjadi penjualan, dia mencuci kaus kakinya dan menggantungkannya di dekat dengan tempat perapian.

Keesokan harinya anak itu sangat terkejut sekali ketika mengangkat isi dalam kaus kakinya itu ada sebuah kantong yang berisi emas yang cukup banyak. Emas itu telah menyelamatkan anak gadis pertama dari perbudakan.

Ia menyerahkan kepada ayahnya, dan anak pertama itu tak jadi dijual sebagai budak.

Namun, hasil penjualan emas itu lama-kelamaan habis.  Ayah ingin menjual anak perempuan keduanya. Anak perempuan kedua itu juga melakukan hal yang sama seperti anak perempuan pertama. Pagi harinya, anak perempuan itu melihat isi kaus kaki yang dibentangkan di atas perapian. Isinya sekantung emas yang sangat banyak.  Ia  menyerahkan kepada ayahnya

Ayahnya yang sangat penasaran sebenarnya siapa yang mengirimkan hadiah-hadiah berharga kepada anaknya itu.  Diam-diam dia pura-pura tidur. Ketika terdengar suara keras yang menjatuhkan suatu barang melalui jendela, dia melihat sosok anak muda yang melempar barang itu.  Lalu, dia  Ia  keluar mengejarnya. "Hai, anak muda, mengapa engkau lakukan hal ini?  Terima kasih atas pertolonganmu!"

Anak muda itu hanya menjawab singkat: "Jangan berterima kasih kepada saya!" Orang itu adalah St. Nicholas. Pamannya adalahs eorang pendeta.  Dia  masih terus melanjutkan menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Dia menolong secara diam-diam tanpa pamrih, dia tak mau orang lain mengetahui dirinya sebagai penolong.  Bahkan dia bekerja sebagai  penginjil dan berkeliling dunia, membantu mereka yang terpinggirkan dan tak punya apa-apa.

 Itulah cerita  Santa Klaus yang sesungguhnya.  Jadi tradisi Santa Klaus itu bukan sekedar fiktif.

Tim GKI PI hibur oma dan opa . Dokpri
Tim GKI PI hibur oma dan opa . Dokpri
Kembali kepada saya sebagai pribadi , merayakan Natal bagi saya adalah bagian dari hidup. Saya tak memiliki sesuatu yang dapat dibagikan kepada orang lain. Tetapi di relung hati saya, masih ada sisa untuk berbagi bagi mereka yang terpinggirkan.

Di minggu pertama advent pertama (sebelum Natal ada 4 adven), setiap minggunya saya ikut Christmas Carol, artinya kami mendatangi orang-orang tua yang tidak bisa datang ke gereja. Kami sebagai tim, datang untuk memuji, menyanyi, memberikan berita gembira tentang Natal, sedikit bingkisan kepada orangtua yang sudah lemah fisiknya.

Para oma di Bina Bakti . Dokpri
Para oma di Bina Bakti . Dokpri
Peristiwa yang sangat membuat hati saya terenyuh adalah ketika tanggal 18 Desember yang lalu, saya bersama tim (tiga orang) dan Pendeta datang ke sebuah Yayasan Bina Bakti. Tempat yayasan ini jauh terpencil di bilangan Serpong. Tempatnya cukup luas tetapi sangat sangat sederhana.

Natal di Yayasan Bina Bakti. Dokpri
Natal di Yayasan Bina Bakti. Dokpri
Ada 21 oma dan opa yang usianya sudah lanjut dan fisiknya sudah sangat lemah karena semuanya sudah menggunakan kursi roda dan terkena stroke atau Alzheimer. Raut muka suka cita dan kegembiraan terlihat menyambut kami. Tentu sukacita yang kami sampaikan itu sangat dirindukan oleh oma dan opa yang kebanyakan sudah tidak memiliki  keluarga dan jadi orang yang terbuang di tengah masyarakat di usia tuanya.

Seorang diantara opa itu Bahkan menerikkan kepada kami: "Datang lagi, setiap hari, tanpa hadiah, tolong datang tiap hari!" 

Teriakan itu membuat hati kami nyaris teriris karena mereka butuh kasih seperti Tuhan telah mengasihi kami semua untuk memampukan kami bisa datang ke tempat terpencil ini.

Selamat Natal dan Selamat menerima kasih Tuhan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun