Mendaftarkan diri ke perguruan tinggi sebagai mahasiswa/mahasiswi tentunya sangat membanggakan sekali apabila anak-anak kita dapat diterima dengan test dari usahanya sendiri, tanpa harus membawa nama atau menguak identitas orangtuanya .Â
Hampir semua perguruan tinggi internasional baik itu di Singapore maupun di Australia, Amerika tidak mementingkan atau melibatkan identitas orangtua. Â Tentu ada data diri yang mencantumkan siapa nama orangtuanya dan tinggalnya dimana. Â
Namun, identitas orangtua itu tidak jadi patokan atau parameter bahwa anak itu diterima karena anaknya Presiden. Â Untuk penerimaan mahasiswa harus sesuai dengan parameter atau kualifikasi yang sesuai dengan masing-masing perguruan tinggi.
Ketika Kaesang  Pangerep, putra bungsu dari presiden Joko Widodo, masuk ke perguruan tinggi Singapore of Social Sinces (SUSS)  tidak seorang pun dari teman-temannya atau dosennya yang mengentahui bahwa Kaesang itu anak presiden. Â
Hanya beberapa orang Indonesia yang telah mengenal dekat memang mengetahuinya. Â Baru setelah wisuda, Â rahasia itu terkuak dengan kehadiran Bapak Jokowi dan Ibu Iriana.
Dunia akademik terutama di perguran internasional, tidak mengindahkan siapa orangtua dari mahasiwa /mahasiswi yang punya jabatan penting.Â
Sekalipun di Amerika Serikat pun jika anak presiden masuk ke College  dia harus memenuhi persyaratan untuk menjadi mahasiswa dan harus melakukan kuliah juga sama seperti mahasiswa lainnya.  Tidak ada keistimewaan bagi mahasiswa yang punya orangtua presiden atau menteri sekali pun. Â
Perhatian dunia akademik murni untuk prestasi belajar dari mahasiswa bukan jabatan orangtua mahasiswa. Â Ketika mahasiswa itu tak mampu untuk belajar di akademik, meskipun dia anak presiden sekali pun, dia harus diperlakukan sesuai dengan etik dan standar yang berlaku.
Sebelumnnya Kaesang belajar di Anglo-Chinese School International atau setara SMD yang berada di Singapore.Â
Selama di Singapore dia tak pernah menyatakan dirinya anak presiden, bahkan gurunya Fisika di Sekolah Menengah Atas, Hoo Wee Kwong mengatakan bahwa Kaesang mengaku sebagai anak pengusaha.
Buktikan kemampuan dirinya  berprestasi
Sebagai akademisi, kemampuan diri untuk berprestasi merupakan hal yang penting  dalam proses belajar.  Ketika seorang anak pejabat tidak pernah membawa dirinya sebagai "anak pejabat/presiden", maka image dirinya jauh lebih bebas untuk bergerak menampilkan dirinya.
Seringkali,  nilai atau pemikiran masyarakat dalam memandang seorang anak presiden/pejabat  adalah anak itu harus sama pintarnya dengan orangtuanya atau paling sedikit punya keahlian yang hebat sama seperti bapaknya .Â
Pola pikir dari masyarakat bahwa seorang anak harus mewarisi kehebatan ayahnya, apalagi jika dia seorang anak presiden/pejabat.
Inilah kesulitan dari anak pejabat yang menyandang nama besar ayah yang besar. Anak ini  pastinya tidak menyukai  pola "same judgement" antara orangtua dan anak. Bayang-bayang  besar orangtua bagi anak menjadi hal yang menyakitkan jika dia tidak berhasil seperti ayah/ibunya.
Untunglah bagi Kaesang hal di atas tidak terjadi, dia bisa membuktikan dirinya bahwa dia tak pernah men"dompleng" nama besar ayahnya. Â
Dia bisa mendapat penghargaan di bidang wirausaha karena dia telah membuktikan beberapa usaha yang telah dijalankannya selama dia berada di tingkat menengah dan pendidikan tinggi.
Sejumlah usaha yang telah dirintis baik secara pribadi maupun bekerja sama dengan pihak lain seperti, Sang Javas, Sang Pisang, Ternakopi, Mangkok Ku bekerja sama dengan Gibran Rakabuming dan Chef Arnold, Kedai Raya bersama dengan Gibran dan Bobby Nasution.
Laman Straits mengungkapkan bahwa fakta Kaesang anak Presiden Jokowi baru diketahui ketika dia diwisuda dan kehadiran Bapak Jokowi bersama Ibu Iriana hari Rabu tanggal 9 Oktober yang lalu.
Marlvin Krislove, sebagai Prisenst of Pace University, menyatakan bahwa universitasnya menyandang misi untuk memberikan kesempatan kepada semua mahasiswa tanpa memandang status orangtua atau ekonomi orangtua, mereka harus dapat mengakses transformasi dari kekuatan pendidikan.
Orangtua  yang punya jabatan juga perlu mendidik kepada anak-anaknya untuk tidak membawa "jabatan orangtua" dalam kancah pendidikan di universitas .  Lingkungan pendidikan adalah murni untuk mengasah ilmu bukan untuk mendapatkan ilmu dari sebuah nama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H