Revolusi Industri 4.0 jelas mempengaruhi dunia kerja baik di tingkat global maupun Indonesia. Â Menurut Co-Founder dan President Bukalapak, Fajrin Rasyid akan ada 800 juta pekerjaan yang hilang di seluruh dunia imbas dari Revolusi industri 4.0
Namun, perbandingan antara pekerjaan yang hilang dan pekerjaan baru yang muncul, lebih besar pekerjaan baru. Menurut riset dari McKinsey, sebuah perusahaan konsultan managemen, sekitar 23 juta pekerjaan akan diambil alih oleh robot pada 2030. Robot akan mengambil pekerjaan yang sifatnya pengulangan, misalnya, pengumpul data, pekerja produksi, atau operator mesin.
Tetapi berita baik  bagi masyarakat Indonesia, tidak perlu khawatir kehilangan pekerjaan itu karena akan tersedia pengganti pekerjaan 46 juta pada 2030.  Tidak semua pekerjaan dapat diotomisasi. Pekerjaan baru itu membutuhkan kualifikasi kemampuan yang lebih lengkap, seperti  peneliti, analisa data, dan keahlian khusus yang tak dimiliki oleh robot.
Siapa saja yang dapat berkontribusi untuk membuka lapangan pekerjaan baru?
Diprediksi hampir 21,8 juta pekerjaan baru  tercipta karena adanya kontribusi dari kelas menengah ke atas. Awalnya,kelas menengah ini akan membuka lapangan kerja baru atau paling sedikit mereka akan menumbuhkan daya beli sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi.  Ketika ada pertumbuhan maka ujungnya perusahaan akan memperluas lapangan pekerjaan dan menambah pekerja. Â
Peningkatan daya beli yang akan memberikan kesempatan terbuka lapangan pekerjaan 2,6 juta di bidang layanan kesehatan, dan 10 juta pekerjaan baru yang lainnya akan terjadi dib diang teknologi, dan sisanya  9,4 juta pekrjaan akan muncul jika investasi pada infrastruktur terus digenjot kencang.
Daya Saing Indonesia:
Daya saing Indonesia dalam sumber manusia memang masih kalah dibandingkan dengan Vietnam . Dari 33 perusahaan besar yang menutup produksi  di China, Vietnam berhasil mendapatkan 23 investasi sedang 10 investasi yang lainnya  pergi ke Malaysia, Thiland, Kamboja. Pertimbangan investasi di negara yang punya regulasi yang tidak tumpang tindih,  keamanan politik yang stabil (tidak ada demo berjilid-jilid), juga produktivitas pekerjaanya terukur dengan mapan.
Untuk bisa bersaing dengan negara-negara seperti Vietnam  tentunya kita tidak bisa mengandalkan sumber kekayaan alam yang memang besar di Indonesia, tetapi pengelola dari sumber alam itu sendiri harus mampu dengan kemajuan teknologi.
Bidang teknologi:
Menurut Badan Pusat Statistik , peringkat Indonesia di urutan 11 dari 176 negara dengan indeks 4,34. Â Berdasarkan data International Telecommunication Union (ITU), di kawasan Asia Tenggara, Indonesia hanya berada di atas Kamboja, Timor Leste, dan Myanmar. Indeks pembangunan teknologi Indonesia masih kalah Singapura memiliki nilai 8,05, Malaysia 6,38, Brunei Darussalam 6,75, Filipina 4,67, dan Vietnam 4,43.
Yang masih menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan ekonomi adalah jumlah pekerjaan yang baru lebih banyak dari yang hilang.  Momentum peningkatan ekonomi warga yang tingkat ekonomi menengah harus dijaga agar tidak turun , dan  jumlah maysarakat usia produktif lebih besar sehingga pertumbuhan pun bisa dipertahankan.
Langkah selanjutnya  tentu  ada perubahan  lanskap pekerjaan itu harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. Ke depan, dibutuhkan pengembangan meta skill, soft skill, dan hard skill. Hal ini dijelaskan oleh Associate Partner McKisney & Company Vivek Lat.
"Meta skill itu seperti mindset, misal orangnya mau terus belajar. Lalu, soft skill lebih ke analisis dan bagaimana penyelesaian masalah yang tidak hanya mengikuti prosedur. Dan terakhir, hard skill, seperti kemampuan data scientist atau data engineer," kata Patek.
Perubahan teknologi berkembang sangat pesat sekali.  Oleh karena itu  pengembangan kemampuan  manusianya pun  harus diadaptasi segera, baik oleh pemerintah maupun perusahaan. Beberapa perusahaan teknologi di Indonesia, lanjutnya, sudah mulai beradaptasi dalam pengembangan sumber daya manusia.
Sebagai contoh  adanya perubahan itu begitu cepat adalah dulu tidak ada yang namanya data scientist, tetapi sekarang begitu banyak yang mencari pekerjaan itu. Kemungkinan-kemungkinan ini yang akan terjadi di masa depan
Beberapa perusahaan teknologi di Indonesia sudah mulai beradaptasi dalam pengembangan sumber daya manusia.
Dalam hal pengembangan sumber daya manusia, pemerintah bisa mencontoh Singapura. Singapura memberikan insentif atau subsidi khusus untuk belajar kemampuan tertentu.
Laporan McKinsey terbaru ini merupakan penelitian yang didasarkan pada analisis 2.000 kegiatan kerja terhadap 800 pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut sudah disesuaikan dengan perkembangan tren global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H