Konotasi dari kata workaholic atau gila kerja biasanya dianggap negatif. Orang yang senang bekerja keras, tidak memiliki banyak teman, sulit untuk bersosialisasi dengan keluarga atau teman, tak punya waktu untuk bersosialisasi sama sekali. Bahkan, waktunya dari pagi hingga malam dan hari libur pun yang dipikirkan pun hanya kerja, kerja melulu.
Memang dalam beberapa kasus, hal itu benar sekali. Inilah salah satu contohnya.
Budaya kerja di setiap perusahaan terutama perusahaan swasta atau swasta asing itu sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang menganut bekerja sesuai dengan SOP (standar operating procedure) dan kinerja tinggi itu jadi nilai tinggi. Namun, ada perusahaan yang budayanya adalah komunikasi yang sangat intensif dengan suka rapat.
Ketika ada seseorang pekerja yang baru saja mulai bekerja dan tidak mengenal budaya kantor, lalu dia berpikir bahwa dengan bekerja sangat rajin, pasti cepat dapat promosi.
Sebutlah pekerja baru itu bernama A. Si A selalu datang ke kantor paling awal ketika semua orang belum datang. Padahal jam kantornya baru mulai pukul 8.30, tapi dia sudah berada di kantor pukul 7.30.Â
Ketika dia sampai di kantor, dia pun harus mencari satpam penjaga kantor untuk minta tolong dibukakan ruang kantor tempat dia bekerja. Satpam yang mengenalnya karena dia telah mengenakan kartu tanda diri pegawai membukakan ruang kerjanya.
Begitu si A sudah di ruang kerja, dia membuka komputer, mengecek semua pekerjaan rutinnya yang harus dilakukan pada hari itu. Misalnya mengecek email, billing dan hal-hal yang berkaitan dengna pekerjaan rutin. Lalu, dia berusaha mengerjakan secepatnya dan menyelesaikannya.
Dalam pemikirannya, semua pekerjaan itu akan selesai setelah makan siang. Namun, faktanya pekerjaan masih saja mengalir tanpa henti bahkan justru bertambah jelang sore. Terpaksa, dia kerjakan terus dengan berpikir jika saya selesaikan sampai malam maka pekerjaan akan selesai. Apa yang dipikirnya ternyata tidak benar. Tetap saja, pekerjaan yang lain datang silih berganti.
Inilah yang dilakukakannya terus menerus hampir setahun tanpa disadarinya dia sudah menjadi seorang workaholic.
Tidak ada yang salah dengan seorang pekerja keras, tetapi jika dia tak punya keseimbangan dalam hidupnya antara bekerja dan kehidupan sosial, maka hal itu akan berdampak dengan kesehatannya, bahkan dengan kemampuan kerjanya di kemudian hari. Lalu bagaimana caranya agar Anda menjadi workaholic yang positif?
1. Bekerja keras akan merusak talenta atau kemampuan bila kemampuan itu tidak dilakukan secara maksimal
Seorang pelatih bernama Tim Notke punya filosofi yang penting, bahwa seorang pekerja workaholic bekerja terus tanpa menggunakan intelektualnya dan kemampuanya, sehingga pada akhir hari, kerja kerasnya terlihat seperti yang diharapkan atau diminta.
2. Workaholic perlu tanggung jawab
Mereka yang memilih untuk bekerja ekstra dibandingkan dengan mereka tidak mau bekerja dan mereka yang penuh tanggung jawab atas apa yang diberikan. Namun sering orang terjebak punya persepsi bahwa jika kita menginginkan pekerjaan itu sempurna, maka kita harus kerjakan sendiri. Yang benar adalah kita memahami tujuan besar dari pekerjaan yang diberikan kepada kita, sehingga kita tidak mengambil pekerjaan yang sifatnya tidak penting, tetapi justru pekerjaan penting dikerjakan lebih dulu ketimbang yang kecil-kecil.
3. Workaholic mau bekerja di mana pun, kapan pun dan bekerja dengan baik
Seorang workaholic bekerja tanpa perhitungan. Ini bukan waktunya untuk bekerja (sudah waktu untuk pulang). Begitu ada proyek penting yang sifatnya mendadak, dia mau bekerja dengan antusias dan tanggap untuk pekerjaan yang segera ditanganinya.
4. Mereka tidak berhenti sampai misi berhasil diselesaikan
Orang berpikir mengerjakan suatu pekerjaan sampai tuntas dan sempurna adalah hal yang tidak mungkin. Tentu tidak ada yang salah jika kita menginginkan hasil kerja kita menjadi sesuatu yang terbaik sesuai dengan tujuan atau goal. Seorang workaholic dapat mengedit, melakukan kembali, bahkan mengexplore semua skenario dari sesuatu pekerjaan sehingga hasilnya sangat membanggakan.
5. Mereka sangat menguasai dalam karirnya
Seorang workaholic yang gunakan intelektualnya dapat bekerja jauh lebih efisien dan cepat, dia sudah menguasai bidangnya dengan sangat efisien bahkan secara detail. Bekerja sukses baik secara pribadi maupun profesional dengan lebih cepat dan sangat detail.
6. Mereka memiliki passion yang sangat dalam
Bekerja keras dengan passion akan berbeda hasilnya dengan hanya kerja keras saja. Kerja keras dengan passion akan menghasilkan sesuatu yang sangat khusus.
Lalu bagaimana kita dapat memisahkan antara mereka yang disebut dengan workaholic sehat dengan workaholic yang tidak sehat?
Jika Anda mencintai dengan apa yang Anda lakukan dan bahkan terus mengerjakan tanpa melihat berapa lama Anda bisa menyelesaikan pekerjaan, dan bekerja penuh dengan inspirasi. Maka, Anda memahami apa yang Anda kerjakan itu begitu berharga untuk dikerjakan.
Sebaliknya jika Anda bekerja 24 jam selama 7 hari, tetapi Anda tidak menyukai pekerjaan dan bekerja dengan hati yang berat. Maka kemungkinan Anda akan menjadi stres.
Ketahuilah keterbatasan Anda, temukan dan bebaskan Anda dari stres dan jangan lewatkan momen yang membahagiakan diri Anda dan jaga lupa untuk berlibur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H