Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tanda-tanda yang Perlu Kamu Ketahui dari Workaholic

11 Juni 2019   17:53 Diperbarui: 11 Juni 2019   21:57 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konotasi dari kata workaholic atau gila kerja biasanya dianggap negatif. Orang yang senang bekerja keras, tidak memiliki banyak teman, sulit untuk bersosialisasi dengan keluarga atau teman, tak punya waktu untuk bersosialisasi sama sekali. Bahkan, waktunya dari pagi hingga malam dan hari libur pun yang dipikirkan pun hanya kerja, kerja melulu.

Memang dalam beberapa kasus, hal itu benar sekali. Inilah salah satu contohnya.

Budaya kerja di setiap perusahaan terutama perusahaan swasta atau swasta asing itu sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang menganut bekerja sesuai dengan SOP (standar operating procedure) dan kinerja tinggi itu jadi nilai tinggi. Namun, ada perusahaan yang budayanya adalah komunikasi yang sangat intensif dengan suka rapat.

Ketika ada seseorang pekerja yang baru saja mulai bekerja dan tidak mengenal budaya kantor, lalu dia berpikir bahwa dengan bekerja sangat rajin, pasti cepat dapat promosi.

Sebutlah pekerja baru itu bernama A. Si A selalu datang ke kantor paling awal ketika semua orang belum datang. Padahal jam kantornya baru mulai pukul 8.30, tapi dia sudah berada di kantor pukul 7.30. 

Ketika dia sampai di kantor, dia pun harus mencari satpam penjaga kantor untuk minta tolong dibukakan ruang kantor tempat dia bekerja. Satpam yang mengenalnya karena dia telah mengenakan kartu tanda diri pegawai membukakan ruang kerjanya.

Begitu si A sudah di ruang kerja, dia membuka komputer, mengecek semua pekerjaan rutinnya yang harus dilakukan pada hari itu. Misalnya mengecek email, billing dan hal-hal yang berkaitan dengna pekerjaan rutin. Lalu, dia berusaha mengerjakan secepatnya dan menyelesaikannya.

Dalam pemikirannya, semua pekerjaan itu akan selesai setelah makan siang. Namun, faktanya pekerjaan masih saja mengalir tanpa henti bahkan justru bertambah jelang sore. Terpaksa, dia kerjakan terus dengan berpikir jika saya selesaikan sampai malam maka pekerjaan akan selesai. Apa yang dipikirnya ternyata tidak benar. Tetap saja, pekerjaan yang lain datang silih berganti.

Inilah yang dilakukakannya terus menerus hampir setahun tanpa disadarinya dia sudah menjadi seorang workaholic.

Tidak ada yang salah dengan seorang pekerja keras, tetapi jika dia tak punya keseimbangan dalam hidupnya antara bekerja dan kehidupan sosial, maka hal itu akan berdampak dengan kesehatannya, bahkan dengan kemampuan kerjanya di kemudian hari. Lalu bagaimana caranya agar Anda menjadi workaholic yang positif?

1. Bekerja keras akan merusak talenta atau kemampuan bila kemampuan itu tidak dilakukan secara maksimal
Seorang pelatih bernama Tim Notke punya filosofi yang penting, bahwa seorang pekerja workaholic bekerja terus tanpa menggunakan intelektualnya dan kemampuanya, sehingga pada akhir hari, kerja kerasnya terlihat seperti yang diharapkan atau diminta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun