Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menilik Keuntungan dan Kerugian Kebijakan Libur Bersama Lebaran

3 Juni 2019   15:33 Diperbarui: 3 Juni 2019   15:43 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun pada prakteknya pengusaha lebih memilih mengikuti ketetapan pemerintah ketimbang melihat buruhnya tidak konsentrasi kerja , apalagi ada buruh-buruhnya yang ikut mudik bersama yang diprakasai oleh BUMN maupun perusahaan swasta.

Bagaikan buah simakalama bagi pengusaha, jika tidak memberikan cuti bersama kepada buruhnya, cost dari produksinya akan jauh mahal karena buruh harus overtime dan secara psikologis hasil produksinya tidak berkualitas tinggi karena faktor keinginan pulang kampung dari buruh lebih besar ketimbang bekerja dengan overtime.

Ada dampak positif dan negatif dengan adanya keputusan pemerintah untuk menambah libur lebaran.  Pengusaha ritel harus menggenjot produksinya sebelum lebaran dan pengusaha logistik juga demikian, namun akan merasakan pengurangan produktivitas dari pegawainya selama liburan panjang.

Jika ditilik dari pasar modal atau Bursa Efek, libur panjang  , maka bursa akan kehilangan momentum transaksi yang bagus karena bisnis internasional tidak mengenal libur.   Beberapa hari saja mereka tidak bertransaksi akan bisa dihitung kerugiannya.   Bagi para broker atau pialang di Bursa kerugian tidak adanya pendapatan dari transaksi, padahal mereka harus membayar sewa kantor dan gaji pegawai yang tetap sama di bayar.   Jika nilai transaksi per hari di BEI itu sekitar 9 triliun rupiah, kalikan saja berapa hari libur dan itulah kerugian yang dialami oleh bursa .

Dampak libur panjang lebaran dimana warga semua banyak yang mudik, maka perputaran ekonomi dengan konsumsi masyarakat dan sektor ritel di saat liburan lebih banyak di daerah . 

Efek negatifnya, investasi,industri, ekospor dan aktivitas bisnis secara umum turun.  Walaupun konsumis rumah tangga itu kontribusi 56 persen terhadap PDB tetapi isis penegeluar ekspor berperan 20 persen, ivnestasi langsung 32 persen terhadap PDB.  

Melihat besarnya efek dari masing masing sektor ke ekonomi, maka selayaknya Pemerintah juga mempertimbangkan kembali hubungan libur dengan produktivias dunia usaha. Apalagi jika target ekonomi Indonesia ingin bertumbuh tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun