Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Imlek 2019 Shio Babi

4 Februari 2019   17:19 Diperbarui: 5 Februari 2019   12:43 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah sekian tahun Imlek dirayakan di seluruh negara, terutama di negara asalnya China.  Kenapa dinamakan Imlek?  Imlek berasal dari  dialek Hokkian, yaitu Im dan Lek. Im memiliki arti bulan, sedangkan Lek berarti penanggalan. Dengan kata lain, Imlek sendiri berarti kalender (penanggalan) bulan, atau dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan Lunar New Year.

Dalam kalender Tionghoa, dimulai antara akhir Januari dan awal Februari. Jika kalender intenasional bulannya dikenal dengan nama Januari, Pebruari sampai Desember, maka untuk kalendar Tionghoa digunakan shio sebagai tanda bulan.  

Shio itu adalah kombinasi nama binatang  atau lebih dikenal dengan istilah 12  "Zhi" Binatang dan disebut dengan 12 Shio yang mewakili siklus 12 tahunan. 

Penetapan Shio bagi seseorang adalah berdasarkan Kalender Imlek yang merupakan Kalender yang sistem perhitungan Waktu, Hari, Bulan dan Tahun. Ada 12 shio urutannya tikus, sapi, harimau, kelinci, naga, ular,kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, babi.

Tahun baru yang dirayakan pada awal bulan musim semi itu, pada tahun ini jatuh pada tanggal 5 Pebruari 2019 jatuh dengan shio Babi. Oleh karena itu digunakan gambar babi.

Di Indonesia sendiri sejak diperbolehkan lagi untuk merayakan Imlek pada zaman pemerintahan Almarhum Gus Dur , maka Imlek di Indonesia dirayakan di seluruh kota-kota besar, Semarang, Jakarta, Medan, Singkawang, Jogyakarta dimana orang Tionghoa yang masih merayakan tahun baru bersama keluarga dan mengikuti tradisinya.

Pulang Mudik:

Setiap orang Tionghoa yang sedang dalam perantauan dan masih punya ayah dan ibu dan saudara-saudara tercinta, maka mereka akan pulang mudik ke rumah. Mereka harus berkumpul bersama untuk saling "Pai Nian" artinya bersalaman. Bersembahyang dan bersantap malam malam bersama sekeluarga untuk bersyukur.

Bersembahyang Bersama:

Sumber : Tempo.co
Sumber : Tempo.co

Sembahyang untuk bentuk syukur atas apa yang telah dijalani dan memohon untuk kesehatan dan rejeki di tahun baru.  Sembahyang merupakan tradisi yang masih dijalankan oleh sebagian orang Tionghoa yang merayakan biasanya  sembahyang kepada leluhurnya.  Makanan yang  biasa disajikan ketika sembahyang adalah ikan bandeng, babi, jeruk, serta kue keranjang.

Dilakukan di malam hari mereka akan bersama-sama sembahyang di depan pintu rumah dengan "hio" memohon agar keselamatan seluruh keluarga dan rejeki untuk tahun baru.

Membersihkan Klenteng:

RRI.com
RRI.com
Tempat ibadah bagi semua orang yang merayakan Imlek adalah Klenteng. Sebulan atau dua minggu sebelum Imlek, para pengurus Klenteng sudah sibuk untuk membersihkan patung-patung dan askesori yang ada di Klenteng.  

Pembersihan ini biasanya dengan cara melap patung dan membersihakan lingkungan di sekitar klenteng. Mereka menyiapkan "hio" sebagai alat untuk sembahyang.   Saat Imlek, para pengunjung dapat berdoa kepada Dewa Dewi untuk bersyukur dan minta rezeki di tahun baru. 

Biasanya juga diadakan bakti sosial oleh pengurus Klenteng atau Yayasan Konghucu. Bakti sosial itu dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada warga seperti pengecekan kesehatan anak balita, lansia serta pemberian vitamin dan obat-obatan. Ada juga pemberian sembako untuk warga di sekitar Klenteng.

Makanan:

CNN Indonesia.com
CNN Indonesia.com

Makanan khas Imlek yang selalu disiapkan adalah Bandeng. Bandeng lambang dari kebahagiaan dan keberuntungan oleh warga keturunan Tionghoa di Indonesia, dan istilah memakan ikan bandeng ini dikenal dengan sebutan Nian-Nian Yu Yi. 

Menurut asal usulnya, kata "ikan" yang berbunyi "yu" memiliki penyebutan yang sama dengan kata "lebih". Dengan begitu, diharapkan rezeki di tahun baru nanti akan terus berlebih.  Dipercaya semakin ukuran bandeng besar, maka semakin banyak rejekinya.

Cara makannya pun sangat unik. Tidak boleh dibalik setelah satu sisi habis, harus tetap dari sisi yang telah habis itu. Tidak boleh menghabiskan seluruh bandeng, disisakan dan dimakan besoknya. Ini ada artinya yaitu agar rezeki tidak segera habis di hari yang sama.

Seputar Semarang
Seputar Semarang
Selain bandeng ada makanan yang wajib ada yaitu kue keranjang. Kue Keranjang yang lengket dan manis itu digunakan untuk sembahyang dan diperbolehkan makan pada saat  2 minggu setelah hariRaya Imlek (itu dulu, sekarang tidak lagi demikian). 

Kue keranjang atau nian gao ini memiliki arti tahun yang lebih sejahtera. Makanya kue keranjang selalu  ada saat sembahyang dan jamuan makan saat Imlek. Biasanya kue keranjang akan disusun di atas kue mangkok warna merah. Harapannya adalah setiap orang bisa memiliki kehidupan yang manis dan menanjak.

Khasiat
Khasiat
Jeruk juga merupakan makanan wajib yang harus ada untuk sajian sembahyang.  Buah jeruk, "zhi",  memiliki penyebutan kata emas dan keberuntungan. Maka dari itu, buah ini dianggap akan membawa keberuntungan. Selain itu, buah jeruk juga berwarna kuning emas, yang dianggap membawa keceriaan untuk tahun yang akan datang

Penyajian Jeruk, kue keranjan itu harus berjumlah lima, delapan atau sembilan. Makna angka itu adalah menggambarkan kelengkapan dari suatu elemen yang paling penting dalam kepercayaan Tionghoa. Ke-5 elemen itu adalah api, air, tanah, kayu dan logam.  Tidak boleh disajikan 3 karena dianggap sedikit, juga tidak boleh 4 karena angka 4 (si) dalam bahasa mandarin dianggap sebagai angka mati.

 Angpau:

google com/ Tetoo Education Consulting
google com/ Tetoo Education Consulting
Amplop berwarna merah ini biasanya dibagikan kepada mereka yang belum menikah. Walaupun mereka sudah bekerja tetapi jika belum menikah mereka akan mendapatkan angpau. Nilainya tidak ditentukan tetapi diharapkan dengan angka 8 karena berarti kemakmuran.

Barongsai:

Jawa Pos
Jawa Pos
Tidak afdol jika Imlek tidak disertai dengan Barongsai.  Barangsai itu dengan menyerupai naga itu biasanya diarak dari Klenteng menuju ke jalan besar dan akhirnya kembali ke Klenteng lagi.
Wujud barangsoai yang berupa lion itu memiliki makna tersendiri. Singa adalah simbol keberanian, stabilitas, dan keunggulan. Singa merupakan kendaraan menuju kebaikan surga bagi seluruh masyarakat. Ini memiliki makna berupa harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Pertunjukan barongsai pun terus dilakukan guna menjadi pengingat akan berkah surga dan perlindungan dari nasib buruk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun