Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Growth Mindset", Ketangguhan Mental, Kunci Kesuksesan

2 Februari 2019   21:27 Diperbarui: 3 Februari 2019   18:08 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: shutterstock.com

Anak butuh Growth Mindset agar dapat berkembang menjadi anak yang tahan uji, daya lenting terhadap kegagalan. Punya ketahanan tinggi dan tidak takut gagal itu penting untuk berhasil bekerja maupun usaha di masa depan.

Apa itu Growth Mindset?
Suatu mindset atau pola pikir yang percaya bahwa potensi kecerdasan atau kemampuan seseorang akan terus berkembang, tidak statis. Mereka tidak akan minder atau rendah diri ketika mereka mendapatkan nilai buruk karena mereka tidak tercetak bahwa apa yang mereka dapatkan sekarang ini bukan merupakan cerminan yang akan datang.

Bagian proses itulah yang penting karena dengan adanya kerja keras, ketahanan, perservance maka akan hasil nyata keberhasilan.

Seringkali orangtua atau guru kurang paham untuk menumbuhkan "Growth Mindset". Mereka memarahi anak didik /anak sendiri karena anaknya malas belajar sehingga mendapatkan nilai jelek. Adapula yang anaknya sudah belajar dengan baik, tetapi tidak mendapatkan hasil yang baik lalu mendapatkan kemarahan dari guru atau orangtua.

Growth Mindset mengajarkan kepada kita semua bahwa ada potensi kecerdasan yang terus berkembang itu perlu dilatih sedini mungkin. Seperti layaknya otot, maka otak pun perlu dilatih terus menerus agar kita makin terlatih dengan hal-hal buruk dan tidak pernah putus asa atau merasa minder.

Artinya anak tidak minder ketika mendapat nilai jelek karena dia sudah belajar dengan baik. Dia mengerti dan memahami bahwa dia sudah melakukan proses belajar dengan maximal tetapi belum optimal hasilnya.  Yang dipentingkan adalah proses dari suatu usaha.

Anak juga memahami secara totalitas bahwa nilai yang sekarang mereka peroleh bukanlah mutlak suatu nilai atau jaminan hidup yang akan datang.

Dari sebuah riset yang dilakukan oleh Prof Carel Dweck, "Growth Mindset" seorang anak itu akan menimbulkan suatu daya lenting atau resiliensi (kekuataan daya tahan) yang begitu besar ketika anak menghadapi hal yang buruk di dalam kehidupannya. 

Daya lenting atau resiliensi anak yang punya growth mindset akan jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tak memiliki konsep growth mindset.

Bagaimana melatih untuk mengembangkan "growth mindset"?

Ada 2 tips bagi guru maupun orangtua untuk melatih anak-anaknya dalam "Growth Mindset"

  • Berikan praise (pujian), compliment (pujian), pada saat anak berhasil melewati tahap perseverance dalam menghadapi saat buruk. Contohnya:  "Adi , kamu sudah kerja keras". "Adi , kamu memang hebat telah berjuang mencapai nilai ini dengan belajar cukup keras!"
  • Pola pikir atau ketahanan itu dilatih dan bekerja keras. Kerja keras dan latihan jadi kuncinya. Sehingga anak memahami bahwa kesuksesan itu dapat dicapai hanya dengan kerja keras .

Ada seorang psikolog yang menjelaskan bahwa ketahanan itu sebenarnnya sudah ada sejak bayi. Seorang bayi pun terus berjuang agar mendapatkan makanan, lahir ke luar dari rahim ibunya. Bagian dari perjuangan itu dilanjutkan ketika dia sudah lahir , balita sampai dewasa.

Cara memupuk daya juang yang benar untuk anaknya:

  1. Orangtua tidak perlu mengasihani anak ketika anak itu meminta sesuatu yang bukan untuk kebaikannya.
  2. Ibu atau orangtua harus tega untuk tidak memberikan apa yang diminta oleh anak . Tega bukan berarti kejam. Tega berarti dia mengasihani anak agar anak bisa melewati kesulitan dirinya sendiri.
  3. Ibu atau orangtua harus teguh hatinya agar anak dapat melewati proses untuk visi anak di masa depan. Ketika anak itu baru belajar jalan, dia jatuh. Biarkan anak itu bangkit kembali supaya dia bisa jalan dan akhirnya berlari.
  4. Ibu atau orangtua mendampingi anaknya dalam kesulitan:
  • Katakan kepada anak bahwa orangtua tidak mematok angka untuk suatu pelajaran yang tidak disukainya. Tetapi berikan support agar dia berusaha sebatas yang maximal saja, sebatas KKM.
  • Jangan membuat frustrasi anak, tetapi berikan dorongan sesuai dengan kepribadian anak
  • Disiplin menjadi bagian dari suatu proses kemandirian. Pola disiplin dibentuk oleh orangtua dengan membangun relasi lebih dulu, dan menjalankannya secara sinkron

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun