"Penghelatan ini juga membuktikan bahwa Indonesia itu tangguh atau resillience dalam menghadapi ekonomi global dan goncangan gempa bumi , Lombok dan Palu saat menjelang IMF dan WB meeting", demikian dipaparkan oleh Ibu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan.
Dari segi ekonomi, Indonesia sudah mengantongi peluang untuk kontrak proyek yang disepekati melalui private sektor, dengan Kementrian PUPR , Kemenfindo di sektor Unggulan private sektor . Â Juga ada skema kombinasi antara BI, BUMNT senilai 200 Triliun dan keuangan syariah untuk meningkatkan potensi pengembangannya.
Disamping itu, di bidang Financial Technology  ada 12 pokok bahasan yang bakal jadi acuan bagi seluruh fintech di dunia. Ke 12 itu meliputi, peran fintech, adopsi teknologi terbaru, memperkuat kompetisi dan komitmen, mendorong inklusi keuangan, memantau perkembangan fintech, adaptasi kerangka regulasi dan praktik pengawasan, menjaga integritas sistem keuangan  memodernisasi kerangka kerja hukum, mengembangkan infrastru keuangan,  stabilitas sistem moneter dan keuangan domestik, mngembangkan ifnrastruktur keuangan dan data keuangan yang kuat,  kerjama internasional dan berbagi informasi, pengawasan kolektif terkati sistem moneterr dan keuangan internasional.
Â
Effek ganda dari Pertemuan Tahunan IMF-World Bank bakal mendongkrak ekonomi Bali dari 5,9 persen menjadi 6,54 persen, demikian, kata  Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro .
Mimpi tambahan pertumbuhan tersebut 0,26 persen diharapkan bisa didapat dari sektor konstruksi, 0,12 persen dari perhotelan, 0,5 persen dari makanan, dan 0,21 persen lainnya dari sektor lain-lain.
Pertemuan IMF dan World Bank juga dapat menggerakan potensi wisata  dengan menyiapkan 33 paket wisata untuk ditawarkan ke delegasi pertemuan. Sampai pertengahan September paket tersebut sudah dilihat 3.200 anggota delegasi. Dari 3.200 anggota tersebut, di antaranya 302 orang atau 9 persen sudah memesan untuk melakukan kunjungan.
Kesimpulannya dalam jangka pendek keuntungan riil tidak bisa dihitung dengan tepat karena masih ada komitmen dari investor yang perlu difollow-up dan juga peluang yang masih intangible. Â Namun, dalam jangka panjang, diharapkan adanya keuntungan ekonomi secara riil dapat dihitung dan dapat diraih karena setiap negara peserta maupun investor sudah melihat dan berinteraksi dengan para UMKM maupun Fintech adanya potensi-potensi yang bisa digali di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H