Siapa bilang Indonesia tidak memiliki atlit wushu yang handal untuk Asean Games tahun 2018. Â Sebutlah nama-nama yang tampil keren seperti Yusuf Widianto, Puja Riyaya, Â atliet nomor sanda , Edgar Xavier Marvelo, sedangkan untuk putrinya, Â ada Lindswell Kwok.
Sejak nomor sanda dipertandingkan di ajang Asian Games 1998 Bangkok, Indonesia tidak pernah mampu untuk meraih medali. Â Sekarang kedua atlit putra wushu itu telah menorehkan catatan baru dalam sejarah Asian Games .
Disamping atlit yang telah diandalkan untuk bisa meraih medali emas maupun perunggu, ternyata ada satu atlit muda wushu yang sebenarnya tidak diharapkan untuk bisa "menggondol medali perunggu atau emas". Â Â Dialah atlit wushu Edgar Xavier Marvelo. Â Â
Di usianya yang sangat muda , 19 tahun, ia memiliki mental baja dan motivasi kuat selama berlatih dan berlomba. Ia tak gentar sama sekali dengan nama-nama besar dari pesaingnya. Â Â Saat bertanding di JIExpo,Kemayoran, Jakarta, hari minggu, 19 Agustus 2018 , ia berhasil pertama kali meraih medali perak . Sungguh membanggakan di usia yang relatif sangat muda , prestasi yang dicapainya sangat gemilang .
Perjuangan Edgar itu cukup tangguh untuk mengalahkan dengan sengit peraih emas Peiyuan Sun (China) yang peroleh angka 9,75 sementara dirinya memperoleh angka 9,72.
Dengan keberhaslannya ini , Edgar masih memiliki mimpi  yang ingin diwujudkannya.  Bisa melawan para atlit tangguh yang telah punya nama terbaik di Asia seperti China, Hong Kong, dan Makau.   Keberhasilannya itu merupakan hasil latihan yang efektif selama empat bulan di China.  Latihan dilakukan bersama dengan timnas China.  Dengan adanya latihan bersama timnas itu otomatis membuat para pemain naik tingkat.  Program latihan pun bersama tim nasional china yang sudah terkenal dengan ketangguhannya dan disiplin yang tinggi,  mereka itu tim nasional Cina berasal dari taolu maupun sanda.
Edgarmenyukai wushu sejak usianya  delapan tahun dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Dia sangat hobi untuk berolaharga dan akhirnya bergabung di Sasana Harmoni Wushu Indonesia, dan akhirnya jadi atlit profesional.
Edgar adalah atlit termuda di antara tujuh atlet wushu Indonesia.  Atlit wushu senior lainnya adalah Robie Valentisu Gunawan (22) di nomor taijiquan dan taijijian, Harris Horatiosu (22) di nomor  nanquan dan nangun.  Jam terbang Edgar masih di tingkat yunior.
Namun, setapak demi setapak dia telah berhasil mendapatkan kemenangan  medali perunggu di beberapa event internasional seperti SEA Games, Kuala Lumpur 2017 . Pada tahun yang sama telah jadi juara di Kejuaraan Dunia Yunior di Kazan, Rusia.
Keberhasilan Atlet muda seperti Edgar karena latihan yang sangat efektif, kekuatan mental yang terjaga . Â Sejak lama Edgar telah bercita-cita untuk menyiapkan mentalnya dapat masuk ke arena Asian Games sebagai multicabang tertinggi untuk wushu. Â Sebelum bertanding dia selalu berusaha untuk memeprtahankan kepercayaan dirinya dengan tidak melihat penampilan lawannya. Â Ia juga tak mau melihat skor lawannya.
Hebatnya walaupun dia dalam keadaan ceera lutut kanan, lututnya robet sehingga menghambat pergerakannya. Â Notiva pun menderita cedera di lutu kirinya saat berlatih di China. Â Dalam kondisi yang sangat sakit itu, dia tak mengharapkan dapat memperoleh angka yang tinggi. Â Tapi dengan mental juara, dia tak pernah putus asa, dengan perawatan dari tim medis, lutut yang luka itu dibebat selama dia berlatih. Â
Akhirnya dengan keberhasilan Juwita menjadi juara, Â ia sangat terharu dalam pelukan para pelatihnya. Â Juwita memastikan dirinya untuk maju dalam noor nandao untuk mendapatkan angka gabungan antara nanquan dan nadao.
Tidak lupa untuk kontribusi besar yang telah diluakukan oleh APP Sinarmas sebagai official partner Asian Games 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H