Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepadankah Perempuan Cantik Jadi SPG Mobil Mewah

13 Agustus 2018   14:40 Diperbarui: 14 Agustus 2018   12:56 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alasan pertama :

Biaanya pekerjaan ini adalah pekerjaan "freelancer" karena jangka waktu pameran sangat singkat hanya 10 hari saja. Bagi mereka yang belum bekerja full time, misalnya mahasiswi --mahasiswi bisa mendapatkan pekerjaan free lance dengan gaji yang cukup besar karena gaji  setiap harinya dalam kurun 8 jam cukup besar ketimbang mereka yang bekerja freelance di tempat lain.   

Alasan kedua :

Walaupun menurut seorang peneliti  Foucoult  mengatakan bahwa ada pertentangan antara teori Objektifikasi dari Fredrickson & Robert dan para kaum feminist tentang perempuan yang dijadikan objek dalam iklan .

Dalam teori Objektifikasi yang berkaitan dengan peran perempuan dalam iklan televisi Indonesia dan Amerika Serikat.  Kecantikan perempuan disandikan secara seksual. Dalam perspektif barat, dikonstruksi dalam konteks tubuh.   Citra wanita ideal adalah mereka yang punya kecantikan, sebagai objek dari hasrat, waktlu luang dan seks.   

Kecantikan juga merupakan konstruksi  yang bervariasi dari budaya ke budaya dan berubah dari waktu ke waktu.   Khususnya di Indonesia , dalam dunia iklan perempuan masih dikonstruksikan perempuan cantik yang bisa mengangkat produk apabila ia berwajah cantik, berkulit putih, langsing, tinggi semampai . 

Kaitannya dengan produk, bila budaya kecantikan perempuan sampai batas di atas, maka perempuan yang cantik mampu dijadikan sarana utama untuk membantu mengembangkan konsepsi identitas ke dalam produk yang dijualnya. 

Bertentangan dengan kaum feminist yang menentang bahwa kecantikan perempuan itu bukan untuk objek dari iklan yang merupakan komersialisasi,  bukan objek sexual yang diperjual belikan untuk mendapatkan keuntungan semata. Ketika kecantikan jadi suatu perdagangan maka nilai perempuan akan tidak berharga lagi.  

Menjual suatu produk  tidak perlu menonjolkan sosok kecantikan perempuan itu dikejar karena nilai komersialnya.  Tetapi harus semata-mata karena nilai kecantikan yang memang dinilai baik  secara moral dan spiritual. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun