Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kotak Kosong Berhasil Kalahkan Petahana Tunggal

28 Juni 2018   18:00 Diperbarui: 28 Juni 2018   18:13 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin tanggal 27 Juni 2018 bagi sebagian wilayah Indonesia menjadi hari yang sangat terpenting.   Pilkada serentak di hampir 171 daerah .   Semuanya berjalan aman, lancar dan hampir tidak ada gangguan kecuali di 2 tempat yang tidak dapat menjalankan pemilihan yaitu di Kabupaten Nduga dan Paniai, Papua.  Hal ini disebabkan karena adanya gangguan keamanan.

Banyak fenomena menarik dari Pilkada serentak ini.    Di DKI sendiri maupun Tangerang Selatan yang warganya tidak memilih , tetap diliburkan sebagai hari libur nasional.   Hal ini  dianggap sebagian besar pekerja di Jakarta dan Tangerang Selatan berasal dari daerah-daerah yang memilih .  

Jalanan di Ibukota sepi sunyi dan sempat berpikir apakah ini kembali seperti libur Lebaran.

Selain itu ada beberapa hal yang tak kalah menariknya adalah saat hasil quick count atau Hitung Cepat Pilkada di sejumlah Propinsi .  Hasil quick count ini dari empat Lembaga Survei yang kredibel yaitu Litbang Kompas, Indo Barometer, Charta Politika, Saiful Muljani Research and Consulting (SMRC). 

Ketika angka bermunculan di quick count  yang sedang berjalan, terlihat angka-angka  dari lawan keunggulan calon-calon seperti  Ridwal Kamil -- Uu Ruzhanul Ulum di Jawabar, Ganjar Pranowo-Taj Yasin di Jawa Tengan, Khofifah Indah Parawansa -- Emil Elestianto Dardak di Jawa timur, bermunculan melebihi dari mereka yang diunggulkan.

Sempat saya sendiri melihat bahwa di Jawa Barat Ridwan Kamil sempat berada di angka belakang dari  lawannya.  Demikian juga di Jawa Tengah pasangan Sudirman Said -- Ida Fauziyah sempat melambung tinggi meninggalkan angka Ganjar Pranowo-Taj Yasin.

 Tapi dari survei yang telah dilakukan oleh Kompas di tiga provinsi penyelenggara di  Jawa menunjukkan bahwa keunggulan pasangan itu sama hasilnya dengan hasil quick count.  Artinya antara pilihan pemilih saat survei dan  hasil quick count tidak berbeda banyak atau sama.  

Pemilih yang makin matang:

Awalnya,  sempat terbesit kekhawatiran bahwa pemilih di kota-kota kecil atau kota yang belum tersentuh dengan sosialisasi tentang pilkada itu hanya sekedar memilih calon tanpa memahami siapa yang dipilih.

Kematangannya itu dilihat dari kondusifnya keamanan saat pilkada dan mulai berpikir "siapa calon pemimpin di daerahnya untuk 5 tahun ke depan"  jangan sampai memilih yang salah hanya karena politik uang atau karena dorongan bujukan atau perasaan.  Tetapi ada rasionalitas,cerdas menggunakan akal sehat dan semakin otonomo dalam menentukan pilihannya.  Pemimpin yang punya hasil kerja kerasnya akan dipilih kembali, sementara yang punya hubungan kekerabatan dengan petahana kala di semulha daerah, seperti di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

Kotak Kosong wadahi aspirasi:

Ada fenomena yang sangat menarik dari Pilkada di Makasar.  Pemilihan Wali Kota Makassar yang calonnya tunggal itu harus berhadapan dengan kotak kosong.  Ketika quick count berjalan hingga sore hari, hasilnya ternyata masyarakat Makassar lebih memilih kotak kosong dari pada calon tunggal.  Pemilih kotak kosong itu mencapai di atas 50 persen, meninggalkan calon tunggal dari Munafri Ariffudi Rachmatika Dewi yang hanya 45 persen.

Loh kotak kosong kok bisa dipilih oleh warga?  Pasti pertanyaan itu ada di benak sebagian besar warga di luar Makkasar.   Ternyata  banyak warga tak puas dengan hanya 1 calon saja. Akhirnya Anshar Manrulu, Koordinator Rewako (Relawan Kotak Kosong) mengganti calon alternatif dengan kotak kosong.  Banyak warga yang masik kecewa dengan kinerja dari petahana lebih memilih kotak kosong ketimbang petahan.   Bentuk kekecewaan ini jadi jawabannya.    Ach aneh tapi begitulah aspirasi warga yang jujur dan terbuka jadi jawabannya.

Jika hasilnya tetap kotak kosong, maka menurut KPU Makassar, Pilkada Makasar akan diadakan dan diulang pada jadwal Pilkada terdekat yaitu tahun 2020.

Selanjutnya kita semua akan menunggu hasil Pilkada hitungan dari KPU . Belajar demokrasi dengan kematangan jadi pilihan bangsa kita, Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun