Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hardiknas, "Pembenahan Perguruan Tinggi Tulang Punggung Pendidikan Nasional"

1 Mei 2018   16:22 Diperbarui: 2 Mei 2018   09:09 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa tiap tahun tiap tanggal 2 Mei kita menyambut Hari Pendidikan Nasional.  Agenda Hari Pendidikan Nasional tahun 2018   mengangkat tema "Menguatkan Pendidikan, Meamjaukan Kebudayaan".  Sub temanya:  "Membumikan Pendidikan Tinggi, Meninggikan Kualitas Sumber Daya Manusia".

Secara formal, baik dari tingkat pusat, daerah maupun yang berada di luar negeri, mereka akan mengadakan upacara bendera , sambutan dari Pihak Kementrian Pendidikan Kebudayaan , doa dan diakhiri dengan nyanyian Nasional  Indonesia Raya, dan Nyanyian bertemakan  Pendidikan.

Jika dilihat dari sub tema maupun tema dari Hari Pendidikan Nasional 2018 kali ini, ternyata  penekanan dari arah pendidikan tinggi jadi fokus utama dalam rangka  menyongsong industri 4.01. 

Saya  sudah sempat membaca duluan sambutan dari Bapak Mohammad Nasir selaku Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 

Inti dari sambutan Menristek adalah harus ada terobosan dari perguruan tinggi untuk menghadapi tantangan dari Revolusi Industri 4.0

Relevansi dari pendidikan tinggi diangkat jadi fokus untuk revolusi indostri 4.01  karena secara global  Indonesia tidak bisa terhindar dari revolusi yang mementingkan dunia digital sebagai bagian dari kehidupan terutama dalam bidang industri.  

Saat ini lulusan dari perguruan tinggi berlum berperan secara maximal karena angka partisipasinya pasar (APK) hanya 31.5%  . Jika pembelajaran di perguruan tinggi dilakukan secara konvesional, maka peningkatan hanya 0,50% saja. Untuk bisa menembus sampai ke angka APK  meningkat melesat 40%  pada tahun 2022 ,perlu adanya terobosan baru dan inovatif sehingga lulusanperguruan tinggi  dapat dikategorikan sebagai  penunjang atau mitra dari industri .

Sekarang ini fungsi perguruan tinggi hanya sekedar dari pelengkap dari industri.  Sisi lemah dari perguruan tinggi seperti tidak adanya revolusi maupun perubahan dalam kurikulum.   Kuriklum perguruan tinggi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan industri 4.0  yang sudah datang.  

Untuk itu Kementrian Pendidikan  Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi sedang menggodok suatu terobosan  dengan kebijakan DIKTI yang menggagas kebutuhan di era teknologi dengan Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ).   Nantinya  akan ada penjabaran bagaimana pelaksanaan dari PJJ ini dalam PermenRistekdikbud.

Dalam mendukung program PJJ ini  akan dibangun sebuah universitas SIBR (Cyber University) dengan cara komunikasi yang sangat modern antara mahasiswa/i  dengan pengajar/doesn dengan cara face to face, online, blended.    

Selain ini adanya perbaikan mutu dengan mengadakan kerja sama dengan mitra universitas di luar negeri. Kerja sama ini dibangun untuk mendapatkan wawasan dan pengetahun terbaru dari dosen yang datang dari luar negeri.

Disamping itu juga adanya usaha dari dosen-dosen lokal untuk terus menambah wawasan dan pengetahuan dengan menggali ilmu lagi tiap tahun harus mengadakan riset paling minimum (satu) per tahunnya.  Apabila sumber dan referensi riset harus belajar dari luar negeri, dapat mengajukan proposalnya ke Ristek karena semuanya sudah dianggarkan oleh Kementrian Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Tentunya semua kualitas pengetahun itu juga membumi sesuai dengan kebutuhan dari industri maupun kondisi lingkungan apa yang sedang terjadi di sekitar kita/Indonesia.  Sebagai contoh, lihat betapa rusaknya kualitas  Sungai Citarum yang sudah tercemar sehingga dapat merusak kualitas orang-orang yang berada di sekitar maupun lingkungan hidup bagi kita semuanya.    

Kaitan dengan kondisi Sungai Citarum, maka diharapkan para mahasiswa lingkungan hidup ikut mengembangkan risetnya dalam ekologi yang mengembalikan Citarum jadi Citarum yang harum.

Tanpa menunggu dari periset,  kontribusi langsung pun telah diadakan dengan sarasehan bertajuk "Sumbangsih Pendidikan inggi untuk Wujudkan Citarum Harum" yang penyelenggarannya dipusatkan di kota Bandung pada tanggal 3 Mei .  Diharapkan dengan adanya sarasehan ini, menjadi wadah bagi akademisi dan pemangku  kepentingan, komunitas duduk bersama mencari solusi mengurai permasalahan Citarum dari hulu sampai hilir.

Mengejar kualitas tinggi , jangan sampai ketinggalan dan kalah cepat mutunya dengan kebutuhan dari industri yang ingin menyerap lebih cepat  adalah tujuan utama dari semua terobosan itu.

Tonggak sejarah untuk meningkatkan kualitas mutu dari lulusan perguruan tinggi sesuai dengan revolusi industri 4.00 yang telah ada dihadapan kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun