Sebentar lagi masyarakat Tionghoa di segala penjuru dunia akan merayakan Imlek. Â Imlek itu bukan perayaan keagamaan, baik itu agama Buddha maupun yang Khonghucu. Mungkin persepsi sebagian orang melihat orang yang merayakan Imlek di Vihara, jadi dianggapnya hari raya agama.
 Imlek merupakan perayaan tradisi menyambut musim semi dan berakhirnya musim dingin yang dilakukan oleh suku bangsa Tionghoa di Tiongkok (China) dan dalam perkembangannya dirayakan sebagai hari pergantian tahun.
Tanggal dan Tahun Baru Imlek dari 1996 sampai 2019 , Â dihitung sekitar 2 minggu lebih awal dari hari shio (ada 12 shio yang jadi simbol dari tahun kelahiran ).
Sejarah dari penanggalan Imlek itu berlangsung selama hampir 2 minggu dimulai sejak hari pertama bulan pertama disebut dengan "pinyin" Â berakhir dengan Cap Goh Meh, tanggal ke lima belas saat bulan pertama dikenal dengan nama "Chuxi" .
Tradisi yang berasal dari Mitos:
Tiap kali menjelang Imlek,  banyak tradisi yang sangat kental kita lihat seperti pakai baju berwarna merah,  makanan yang khusus bernuansa Imlek, datang ke  Klenteng,  hio untuk sembayahyang.
Ternyata baju merah dan sembahyang itu memiliki mitos yang dipercayai oleh orang Tionghoa dan jadi tradisi sampai saat ini.
Mitos yang mempercayai bahwa ada seekor raksasa pemakan manusia dikenal dengan nama Nian dari pegunungan  yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dari penduduk desa.  Untuk melindungi diri maka penduduk desa itu .  Suatu hari penduduk desa melihat Nian berlari terbirit-birit karena melihat anak yang mengenakan baju warna merah.  Oleh karena itu setiap tahun baru, penduduk menggantungkan lentera, gulungan kertas merah di jendala dan pintu. Selain itu mereka menggunakan kembang api untuk menakuti Nian.Â
Tradisi yang dipercayai itu tetap diberlakukan sampai saat ini. Â Meskipun sempat orang Tionghoa di Indonesia tidak bisa melakukan tradisi tahun baru Imlek pada zaman pemerintahan Mantan Presiden Soeharto karena dilarang oleh pemerintah.
Tradisi lisan :
Sebagian dari teman-teman saya masih mendengar dari para orangtuanya yang masih hidup untuk tetap melestarikan tradisi lisan sebelum dan saat rayakan imlek.
- Membersihkan debu-debu rumah dengan sapu yang bersih
- Memasakan makanan yang enak-enak, ayam, hoisem, sop hisit, hamcoi, pocunyuk, babi kecap
- Pisau disembunyikan
- Sapu disembunyikan
- Membeli kuaci dan kacang. Â Mituso hidangan ini dapat menambah rezeki baru dan ditambah dengan kue lapis legi yang dapat meningkatkan kekayaan.
- Tidak boleh membuat sampah selama dua hari.
- Jika berdagang tidak diperbolehkan membuka toko selama 3 hari. Â Jika mau libur maka di hari pertama maupun kedua boleh buka sebentar sampai ada yang belanja, setelah ditutup.
- Di malam Imlek menutup pintu gerbang di atas jam 1 malam.
- Membeli bunga wangi diletakan di dalam rumah. Mitosnya  Dewi Rezeki akan masuk ke rumah dan mbemrikan rezeki saat berdoa jam 12.00.
- Memakai baju baru pada hari Imlek
- Tidak boleh mengatakan hal buruk atau negatif  seminggu sebelum Imlek dan pada hari Imlek .
Saat mengunjungi teman, saudara pada hari Imlek, salam yang disampaikan adalah "Makanan yang sangat digemari untuk dihidangkan pada hari Imlek adalah "Gngx fci (Bahasa Mandarin);"Kung hei fat choi"  (bahasa kantonis) ;Kiong hi huat cai" (bahasa hokkien);  "Kiong hi fat choi"  (bahasa Hakka). Â
Makna dari ucapan itu adalah "Selamat dan semoga banyak rezeki".
Pernak-pernik lainnya:
Angpo merupakan bagian dari tradisi Imlek yang tidak pernah ditinggalkan.  Angpau terbuat dari amplop kecil berwarna merah.  Makna dari pemberian angpau  kegembiraan dan semangat yang akan membawa nasib baik. Warna merah angpau melambangkan ungkapan semoga beruntung dan mengusir energi negatif.  Pemberi dari angpau adalah mereka yang sudah menikah dan bekerja, sedangan penerima angpau adalah mereka yang masih kecil dan belum bekerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H