Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inovasi Disruptif

9 Januari 2018   16:38 Diperbarui: 10 Januari 2018   17:17 2066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa bulan yang lalu tulisan saya  berjudul "Ketika Perubahan Terjadi dan Kita Tidak Berubah", disarikan dari sebuah buku dari Prof. Rhenald Kasali berjudul "Disruption".    Diharapkan bahwa orang menyadari pentingnya merubah mindset untuk melihat perubahan baik itu bisnis, pekerjaan akibat dampak dari teknologi digital.   Perubahan mindset itu diikuti dengan perubahan perilaku dan melakukan tindakan untuk tidak terimbas dengan adanya "disruption" .

Sekarang kita akan mengexplorasi lebih lanjut arti "Innovation Disruption" . Namun, tidak ada salahnya ditulis lagi dengan versi lain dari seorang Chatif Basri, Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. 

Dalam perjalanannya ke Silicon Valley di Amerika Serikat pada tahun 2015,   beliau bertemu dengan seorang anak perempuan berambut pirang dengan usia yang sangat belia . Kecerdasannya tampak  mengagumkan .  Ketika pertanyaan diajukan kepadanya:  "Berapa usia pemuda-pemudi yang bekerja di sini?"   Dijawabnya dengan sedikit kekecewaan dan keraguan:  "Belakangan ini usianya hampir 20 tahunan!"   Bayangkan bahwa usia 20 tahun sudah dianggap tua untuk mengejar ketertinggalan teknologi yang terus berkembang pesat.

Refedinisi Pekerjaan:


Pergeseran yang paling terlihat adalah perubahan jenis pekerjaan.   Masih ingat pada saat zaman  revolusi industri ada perubahan mendasar yang terjadi , adanya metode industri,  produksi, tatanan sosial baru meninggalkan produktivitas dari orang-orang yang dulunya mengerjakan secara manual digantikan dengan mesin-mesin baru yang ditemukan seperti mesin uap.  Industri seperti industri tekstil berkembang pesat dan sejarah mencatat adanya orang-orang yang bekerja dulunya jadi buruh harus naik "grade" untuk bekerja lebih efisien . Kemampuan atau skill yang diharuskan untuk bisa mengoperasikan mesin-mesin itu.

Mesin-mesin itu sekarang sudah berubah lagi , bahkan menghilang digantikan dengan mesin yang dikendalikan dengan digital .  Kreativitas yang sangat tinggi mengubah pekerjaan yang dulunya ada seperti accounting, perawat harus diredefinisi .   Redefinisi  pekerjaan itu dengan memanfaatkan kemampuan dan skill dalam mengolah big data dan teknologi.   Apabila mereka tidak mau memanfaatkan kemampuan dengan aplikasi yang baru, maka pekerjaan yang dulu ada itu akan hilang dan tergilas hilang dan harus digantikan oleh orang lain.

Transformasi keahlian membutuhkan pendidikan dan pelatihan.  Sayangnya, apakah pemerintah siap untuk menyiapkan pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan secepat perubahan teknologi.   Dana Pemerintah terbatas untuk membuka suatu pelatihan pendidikan dan pelatihan. Seyogyanya, Pemerintah dapat berkordinasi dengan pihak swasta dengan suatu insentif.   Adanya kerja sama antar Pemerintah dengan swasta, jika mereka mau membuka pelatihan teknologi maka mereka akan diberikan insentif pengurangan pajak. 

Kebijakan Pemerintah:

Apakah kebijakan Pemerintah yang dalam melakukan regulasi dari semua perubahan bisnis sudah siap?  Kebijakan regulasi itu tak boleh kaku karena hanya memihak yang konvensional saja , dan tidak mengakomodasi dari bisnis baru berdasarkan teknologi.   Aturannya tidak bisa kaku tapi harus bersifat prinsip dan tidak berpihak terhadap yang konvesional .  Contohnya adanya pertikaian antara Mitra Gojek, Uber, dengan taxi konvesional atau pengendara konvesional.  

Dari segi konsep dari ekonom  Mancur Oslon,  mereka yang terpinggirikan akibat inovasi disruptif terkonsentrasi dan terorganisasi.Sebaliknya mereka yang mendapatkan manfaat dari perubahan itu tersebar luas . Sehingga akibatnya  mereka yang merasa dirugikan jauh lebih kuat dibandingkan dengan mereka yang bekerja sebagai mitra Gojek,Uber dan lainnya.  

Peran pemerintah tak boleh hanya status quo saja, karena semua bisnis dengan teknologi harus diakomodasi keberlangsungannya, bukan hanya bidang transportasi saja, tapi dalam bidang teknologi keuangan.

 

Perubahan Cara berpikir:

Jika dalam ulasan sebelumnya perubahan cara berpikir hanya ditekankan untuk pekerja, profesional saja.  Sekarang pebisnis pun harus mulai memikirkan bahwa teknologi itu merubah pola  bisnisnya sangat drastis.    Saat "Big Data" sudah siap untuk digunakan,  hal itu dapat dimanfaatkan untuk mengubah pola dari bisnis yang dulunya standar untuk semua orang, dapat digantikan dengan "personalized".    

Artinya produk atau harga  dari suatu produk itu dapat disesuaikan sesuai dengan selera dari daya beli pembeli.  Misalnya bisnis asuransi,  pembayaran premi tidak harus standar untuk suatu produk tetapi dapat berbeda bagi setiap individu berdasarkan profil resikonya.   Demikian juga untuk finansial teknologi,  dapat memberikan pinjaman dengan variasi bunga dan waktu bayar yang berbeda bagi tiap individu. 

Perubahan dari pola bisnis yang dilakukan oleh pebisnis harus diikuti dengan perubahan dari pola pikir birokrat dari regulator.  Para regulator tidak lagi menggunakan rambu-rambu atau peraturan kaku untuk menjebak mereka yang telah berubah pola bisnisnya.   Mereka harus dinamis dan luwes. Prinsip kerja bukan standar tetapi harus berdasarkan dinamika produk yang sifatnya makin luwes, personal dan butuh diskresi tersendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun