Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kemacetan di Jakarta antara Dilema dan Realita

6 November 2017   15:50 Diperbarui: 9 November 2017   15:37 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dilematis sekali saya pernah berpikir untuk ke luar dari pekerjaan karena tak mampu lagi menyetir lagi sendiri?   Namun, saya merasa sangat sayang karena usia saya masih produktif dan saya masih dapat membaktikan diri untuk perusahaan maupun membantu keuangan keluarga.

Saya coba naik transpor umum yaitu dengan naik kereta api dimana saat itu kereta api Indonesia belum melakukan transformasi dalam pengelolaannya maupun dalam kereta apinya.  Kecewa banget pertama kali naik KA saat itu karena antrian untuk beli tiket panjang, antrian masuk panjang, masuk ke dalam gerbong kereta sangat sulit dan penuh sesak dengan penumpang. Begitu masuk ke dalam kereta tak bisa bernafas sama sekali.  Walaupun hanya dalam waktu 45 menit, tapi oxigen dalam jangka waktu singkat tak bisa hirup membuat saya hampir pingsan.

Opsi yang kedua adalah dengan mengadakan "pooling car".   Saya mulai bertanya kepada teman-teman se kantor yang tinggal sama di wilayah tempat tinggal saya.  Kami adakan grup "pooling car" menyewa satu mobil dengan driver untuk pulang pergi ke kantor.  Waktu itu penjemputan tidak dengan "tempat pooling" masih dijemput satu persatu di rumahnya.  Kami harus bersiap diri lebih pagi sekali untuk bisa sampai di kantor tepat waktu.   Komitmen dan disiplin harus tinggi bagi teman-teman kami yang ikut dalam "pooling car".

Nach sekarang ini  ternyata  "pooling car" jadi pilihan bagi teman-teman saya yang masih bekerja di kantor saya . Mereka merasakan manfaat dari kebutuhan "pooling car" itu karena  jika membawa mobil sendiri, kemacetan sudah lebih sangat parah terutama di jam-jam kantor dan lebih lagi jalan protokol tempat kantor kami itu sedang dibangun proyek MRT.   Bukan hanya kemacetan yang membuat fisik sangat lelah, tapi juga pengeluaran untuk beli bahan bakar jadi lebih besar karena harus beli bahan bakar lebih besar serta  uang untuk parkir yang tiap tahun makin mahal.

Pemerintah sedang berusaha mempercepat pembangunan LRT, MRT untuk salah satu solusi dari kemacetan lalu lintas di Jakarta. Tetapi sementara pembangunan LRT, MRT ini sedang berlangsung, dan membenahi transportasi pendukung /terintegrasi seperti busway.  Setelah semua public transport diselesaikan, akan diterapkan ERP (Electronic Road Pricing) dimana semua kendaraan yang masuk ke jalan protokol akan dikenakan biaya.Namun, kita tidak mampu menunggu sampai selesai pembangunan dan pembenahan karena tiap hari kita berhadapan dengan kemacetan.

Sementara kemacetan ini belum terurai secara tuntas, kita ngga bisa berdiam diri terus, apalagi jika dibiarkan sampai 5 tahun, Jakarta akan berhenti jadi ibukota.

Solusi Tepat Mengatasi Kemacetan :

Uber Ridesharing  adalah suatu model bisnis dan sistem transportasi berbagi tumpangan (ridesharing) pertama kali hadir di Indonesia tahun 2014.   Kehadiran Uber Ridesharing membantu sekali bagi warga yang memiliki mobilitas tinggi untuk memilih ridesharing yang andal, nyaman, dan terjangkau bagi penumpang dan menciptakan kesempatan ekonomi yang fleksibel bagi mitra-pengemudi.

Solusi yang diberikan Uber dan aplikasi ridesharing  sangat bermanfaat bagi warga untuk mengubah kehidupan transportasi publik menjadi lebih baik,  mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan menunjang sektor mengubah kehidupan warga menjadi lebih baik: mulai dari meningkatkan kesejahteraan terutama sektor pariwisata. Semua tanpa membebani anggaran pemerintah.

Ridesharing telah diatur pertama kali sejak tahun 2016: Permenhub 32/2016 dan revisinya: Permenhub 26/2017dan  revisinya kami mengapresiasi langkah pemerintah untuk menetapkan panduan dan aturan untuk model bisnis yang baru ini.

Beberapa manfaat ridesharing adalah sebagai berikut:

  • Penumpang bisa menghemat 65% dari biaya dan 38% dari waktu perjalanan dengan menggunakan aplikasi Uber dibandingkan saat menggunakan kendaraan pribadi.
  • 43% dari mitra-pengemudi bukan berasal dari angkatan kerja sebelum bermitra dengan Uber – 28% di antaranya pengangguran. 61% dari mitra mengemudi bersama Uber < 10 jam per minggu.
  • 6% penumpang telah berhenti menyetir kendaraan pribadi dan 62% kini mengurangi frekuensi menyetir kendaraan pribadi setelah menggunakan Uber.
  • 20% dari perjalanan di Jabodetabek diawali dan diakhiri di area-area yang tidak diakses kendaraan umum dan 30% perjalanan di Jakarta terjadi pada pukul 22:00-02:00 saat transportasi publik sangat terbatas;
  • Perjalanan di Indonesia telah digunakan oleh pengunjung dari 76 negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun