Sulit untuk menerjemahkan "Moment of Truth" ke dalam bahasa Indonesia. Jika diterjemahkan sebagai "Momen Kebenaran" rasanya kurang tepat maknanya. Oleh karena itu saya terpaksa tetap mengunakan dalam bahasa Inggris.
Ingatan saya kembali kepada tahun 2008  pada suatu pertunjukan di televisi  cable  yang berjudul "The Moment of Truth"   Sebenarya program pertunjukan ini dibuat di Amerika  berdasarkan suatu  format  dari the Colombian Nada mas que la verdad  artinya "Bukan kebohongan tapi hanya suatu Kebenaran"
Di dalam pertunjukkan itu seorang kontestan yang terbilang berani nyalinya dan emosinya diminta untuk menjawab 21 pernyataan yang sifatnya pribadi, dan memalukan untuk mendapatkan hadiahnya. Â Â Pemandunya adalah Mark L.Walberg dan diproduksi oleh the Fox Network dari Januari 23, 2008 sampai 8 Agustus 2009.
Sebenarnya, yang menarik perhatian saya  adalah  dalam  pertunjukkan ini emosi seseorang diaduk-aduk oleh pertanyaan yang diajukan. . Diaduk-aduk karena pertanyaan itu sebenarnya membicarakan tentang pribadinya dan kebiasaannya atau kelakuannya dalam pekerjaan atau keluarganya, padahal keluarganya atau teman dekatnya hadir bersama di panggung mendengarkan pengakuan atau jawaban dari kontestan ini.
Jika saya jadi kontestan, perasaan saya pun akan teraduk-aduk dengan berbagai macam pikiran, perasaan .  Pertanyaan yang memalukan itu seperti  "apakah kamu pernah cancel  appointment dengan klien karena kamu memang tidak menyukai klien itu?"
Wow, ini pertanyaan sangat menohok sekali khan. Dalam hati pasti kita ingin bohong karena dilihat oleh teman, istri maupun semua penonton di seluruh Amerika. Namun, dalam hati juga keinginan untuk tidak berbohong karena kita menginginkan hadiah yang cukup lumayan juga. Â Peringkat hadiahnya itu sangat besar untuk 6 pertanyaan mulai dari USD 10,000, USD 25,000, Â UD 100,000, USD 200,000, Â USD 350,000, Â USD 500,000
Puncak dari pertanyaan dari 1 sampai 6 itu makin memojokkan kita dari segi pekerjaan maupun kepribadian kita. Seolah-olah kita diobok-obok di depan penonton, keluarga dan teman dekat.
Inti dari pelajaran dari "The Moment of Truth" itu adalah kebenaran itu bukan hanya di panggung saja,  tetapi kebenaran itu selayaknya dilakukan di mana saja. Kebenaran itu menentukan integritas kita.
Dalam praktek kehidupan  sehari-hari di masyarakat kita, sebenarnya "Moment of Truth" sangat diperlukan sekali karena selain manfaatnya sangat berguna bagi kehidupan pribadi, keluarga maupun masyarakat kita.
Pribadi demi pribadi belajar  untuk melapangkan dada berterus terang apa yang pernah diperbuatnya, atau mengeluarkan emosi secara mendalam kepada keluarga terdekat menjadi hal mutlat dan sehat. Â
Tentu tempat dan waktu "Moment of Truth" bisa ditentukan oleh kita sendiri yang ingin berbicara dari hati ke hati. Â Jikta inginkan tempatnya di rumah supaya tenang lebih enak sekali. Tapi juga terbuka kemungkinan untuk bicara di tempat seorang teman dekat yang mau mendengarkan curhat kita atau justru di tempat umum supaya tidak ada orang lain selain orang terdekat saja yang mendengarkan.
Waktunya tentu juga pas dengan kesiapan emosi kita untuk membicarakan apa yang jadi pergumulan atau hal-hal yang kadang menurut orang lain tidak layak tapi sudah kita lakukan. Tentunya ini memang butuh orang yang sungguh-sunguh bisa menerima apa yang ktia katakan atau kemukakan karena tidak setiap orang bisa menerimanya.  Ada orang yang tidak bisa menerima kondisi kita karena kita dianggapnya melanggar norma lalu bukannya kita disupport tetap justru kebalikannya  kita dikritik habis-habisan. Â
Budaya kita memang tidak mudah menerima apa "kebenaran" yang dilakukan oleh orang lain yang tidak sama perspektif dengan dirinya. Â Disinilah letak kesulitan untuk bicara dari hati ke hati.Â
Tapi percayalah bahwa  "Moment of Truth" itu sangat krusial dikemukakan karena kita tidak mau jadi orang yang terbebani oleh diri kita sendiri karena kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh diri kita sendiri.
Peristiwa yang saya ceritakan di sini ketika seorang ibu yang ingin jadi "hero" di  keluarganya .Sebenarnya suaminya sudah tak bekerja lagi, kebetulan anak yang besar pun sedang mengalami goncangan dengan adanya PHK di pekerjaan.  Tadinya anaknya yang paling besar itu punya karir yang sangat baik sebagai general manager.Â
Tetapi pengaruh dan ambisi dari ibunya yang ingin agar anaknya pindah ke perusahaan yang menawarkan gaji yang lebih besar maupun posisi yang lebih tinggi . Ketika dia sudah pindah ke perusahaan lain itu ternyata  kompetitor di perusahaan baru itu sangat ketat , dia tersingkir bahkan perusahaan itu menganggap dia tak punya kompetensi. Akhirnya, anaknya itu keluar dari pekerjaan bahkan sempat depresi.
Depresi itu membuat dia tak bisa bekerja. Akhirnya ibunya ini mencoba bertahan dengan minta uang kepada adiknya. Â Adiknya yang merasa kasihan ini bahkan menjadi jeratan untuk kakaknya untuk tiap bulan minta uang untuk kehidupan keluarganya.Â
Hal ini terjadi bertahun-tahun. Â Akhirnya istri adik mengetahui hal ini dan mencoba minta agar iparnya ini tidak lagi minta uang terus menerus karena masing-masing keluarga ada kebutuhannya.Â
Jawaban yang mengejutkan adalah "O Â saya tidak pernah minta uang , uangnya berasal dari anak saya (anak yang terbesar)". Â Kepada anaknya yang terbesar pun , ibu ini selalu mengatakan bahwa dia mendapatkan uang karena punya simpanan tabungan selama dulu dia bekerja.
Suatu kebohongan demi kebohongan disimpan dalam keluarga itu. Pada akhirnya, kebohongan itu tidak lagi bisa disimpan terus menerus. Suatu saat istri adiknya yang sudah tidak lagi tahan dengan sikap kakak iparnya langsung mengatakan terus terang kepada anak terbesar itu bahwa permintaan uang tidak bisa dilakukan lagi. Â Â Barulah di situ kebohongan itu tersingkap. Â Anak baru tahu bahwa uang yang dibilang oleh ibunya bahwa itu uang simpanan ternyata uang minta-minta kepada adiknya.
Pembelajaran untuk bersikap "Moment of Truth"  adalah suatu sikap yang sangat penting karena  manusia hidup ini tidak hidup dengan topeng-topeng yang dibuatnya.  Suatu kali pasti topeng itu akan terbuka. Hanya waktu saja yang menentukan.  Jadi kita tak perlu lagi menyimpan sesuatu yang menurut kita "aib" selama apa yang kita katakan itu benar dan caranya dengan tepat dan kepada orang yang mau menerima kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H