Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta vs Tugas Orang Tua

22 Agustus 2017   13:09 Diperbarui: 22 Agustus 2017   13:22 1851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kalam-cinta-linda.blogspot.com

Menjadi orangtua terlebih orangtua dari budaya timur, masih sangat sulit untuk memahami bahwa "Anakmu Bukanlah Milikmu".    Orangtua dengan latar belakang budaya timur menganggap bahwa anak adalah bagian hidupnya.   Seperempat hidup anak, katakan dari bayi sampai anak bekerja berusia 25 tahun, mereka tinggal bersama orangtua atau paling sedikit mereka masih bergantung hidupnya kepada orangtua dari segi materi, emosional.

Ada beberapa orangtua yang memperjuangan masa depan anaknya dengan memberikan pendidikan yang terbaik ke luar negeri.   Ada beberapa diantaranya terutama para ibu yang masih merasa kehilangan anaknya saat anak-anak itu harus berangkat atau meninggalkan rumah untuk belajar di luar kota atau luar negeri.  Para orangtua atau ibu merasakan kesedihan mendalam seolah tidak adanya fisik anak di rumah, merupakan kehilangan yang tidak bisa digantikan oleh apa pun.  Ada yang mengatakan bahwa kerinduannya kepada anak tidak dapat digantikan oleh apa pun.

Anak yang berusia 18 tahun dianggap sebagai orang dewasa yang telah memiliki kemampuan untuk mandiri, memilih jalan hidupnya, memutuskan apa yang ingin diraihnya baik itu cita-cita , pekerjaan, pacar atau apa pun.  Dia sebagai pribadi yang utuh yang punya kehidupan sendiri.   Meskipun mereka terlahir dari  seorang "ibu", namun,  mereka bukan ibu yang memberikan kehidupan kepadanya.   Tuhan hanya menitipkan anak kepada ibunya.  Tak ada seorang ibu pun yang berhak untuk mengarahkan anak itu atas nama "kasih sayang" mengikuti kemauan, keinginan ibunya.

Begitu pula jika selama anak belum dewasa, orangtua memberi tempat tinggal dan keperluan anak . Badan anak ada bersama dengan orangtua, tetapi tak berarti bahwa "sangkar" atau jiwa mereka harus diatur oleh orangtua.  Mereka punya impian masa depannya sendiri.  Mereka tak ingin orangtua ikut mengatur dan menentukan semua pilihan anak.   Biarkan jiwa raganya yang memilihnya dan memutuskannya.  

Kesulitan yang dihadapi oleh para ibu ketika mereka masih terperangkap paradigma bahwa anaknya itu masih dianggap seperti anak kecil yang belum mampu untuk bisa memilih dan memutuskan.  Anak menjadi seorang yang tak punya kemandirian bahkan tidak punya kepercayaan diri.  Akibatnya, orangtua sendiri yang akan merusak masa depan anak itu.

Menghadapi kenyataan bahwa apa yang diharapkan oleh orangtua untuk anak itu berbeda dengan kenyataan memang harus dihadapi dengan rasional dan kembali kepada dasar seperti di atas bahwa anak bukanlah milikmu. 

Para orangtua harus menekankan kepada dirinya sendiri tugasnya untuk mendidik sudah selesai saat anak itu dewasa.  Tugas orangtua hanya bersifat  mengarahkan jika anak itu meminta nasehat atau pertimbangan atas suatu pilihannya.

Tak ada yang disesali oleh orangtua tentang kemandirian anak karena prinsip dari tugas orangtua hanya mendidik tidak menguasai anak.    Itulah prinsip yang harus diketahui, dipahami dan diterapkan oleh orangtua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun