Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kegagalan Mendidik Anak dengan Paradigma yang Salah

27 Juni 2017   21:09 Diperbarui: 28 Juni 2017   10:46 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Dalam sebuah diary, Shu-Shu mengungkapkan kesedihannya.  Aku memang tidak pernah berhasil, yang berhasil adalah ibuku.  Aku tidak pintar tetapi yang pintar adalah ibuku.  Kenapa aku dilahirkan menjadi anak tidak pintar dan orangtuaku tidak dapat menerima kenyataan bahwa aku tidak pintar.

Dengan terseok-seok dan tersendat-sendat, Shu-Shu akhirnya menyelesaikan kuliah.  Ketika saat "graduation" biasanya semua orang akan merasa bahagia dan bangga. Tidak dengan Shu-Shu, dia menyelinap dan masuk ke dalam kamarnya dan menuliskan ke dalam diary nya.   "Aku sudah lelah belajar selama 16 tahun, sekarang aku ingin tidak hidup lagi!"

Sayang, Liu tidak berhenti memaksakan anaknya untuk memilih jalan hidup nya sendiri, tapi dia memaksa Shu-Shu bekerja di sebuah firma terkemuka . Pemilik firma adalah  rekan kerjanya untuk menerimanya Shu-Shu.

Saat bekerja Shu-Shu sering mendapat perlakuan bullying dari atasan maupun rekan kerja karena ketidak-mampuan bekerja.  Dia dimarahi oleh atasan dan rekannya karena pekerjaan yang tidak beres.   Tapi Shu-Shu hanya diam dan tertekan hatinya dan tidak bisa berbicara kepada ayah maupun ibunya. Dia tak mampu lagi mengatas rasa stres dan depresi tanpa solusi yang dapat melepaskan dirinya dari belenggu ketidak-mampuannya.  Akhirnya, tak ada jalan lain selain bunuh diri . Dia sudah tak mampu lagi menghadapi hidup yang demikian berat karena tekanan.

Cerita di atas adalah demikian tragis . Bukan suatu hal yang tak mungkin dalam pendidikan atau parenting di budaya Timur yang menganggap bahwa "anak"  harus mengikuti  apa yang diharapkan oleh orangtua.  Harapan itu dalam bentuk pemilihan sekolah (unggulan) dari SD sampai Universitas,  pekerjaan, karir, bahkan sampai kepada jodoh.   

Budaya timur yang mengganggap bahwa anak harus menghormati orangtua itu sering salah kaprah .  Anak diharuskan mengikuti pola pikir dari orangtua.  Pola pikir orangtua dianggap paling benar.  Sedangkan sebagai orangtua diharapkan memiliki ilmu pedagogik, membimbing anak,mendidik anak adalah mampu  memerdekakann atau memandirikan anak untuk memilih sendiri pendidikan , bidang sekolah yang disukainya . Tugas orangtua hanya memberikan fasilitas atau mendukung dari segi finansialnya.

Refleksi bagi semua orangtua, pendidik maupun siapa saja yang bekerja dalam bidang pendidikan bahwa setiap anak adalah unik.   Dia memiliki keunikan dalam bakat, minat, kepandaian, kepribadian yang tidak bisa disamakan dengan teman, orangtua atau dengan siapa pun.  Hargai dan kembangkan apa yang dimiliki anak sesuai dengan kemampuannya.   Tugas orangtua untuk meningkatkan dan memfasilitasi kemampuan kemandirian anak itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun